Negeri Terlarang bagi Para Pecundang
![]() |
Buku The Forbidden Country, by Erna |
Sebuah karya fenomenal saya sebutnya. Overview singkat yang akan terjelaskan dalam kanal perpustakaan kali ini. Buku The Forbidden Country ini berupa tulisan-tulisan yang terkumpul dari serial catatan keberkahan Prof Saiful Bahri MA. Catatan perenungan yang mengulas seputar Masjid al Aqsha dan Palestina, keseluruhan tulisan beliau telah diterbitkan dalam kolom kontemplasi di Situs Web Asia
Pacific Community for Palestine.
Buku ini tersusun dari 25 (dua puluh lima) judul tulisan. Diterbitkan oleh ASPAC for Palestine pada Desember 2013 dengan ketebalan buku 223 halaman + xxi.
Pada serial pertama kali ini berisi
tentang kaitan sejarah penyebaran Islam di Nusantara dengan kiprah para
nai multinasional yang digalang oleh Kekhalifahan Usmaniah. Bahkan sebelum
takluknya Konstantinopel. Menarikanya, di antara delegasi dakwah tersebut yang
nantinya dikenal sebagai “Walisongo” ada yang berasal dari Palestina. Maka, tak
heran jika di Jawa Tengah terdapat sebuah kota bernama “Kudus”, dan masjid
agungnya bernama “al Masjid al Aqsha”.
Masjid yang diberkahi di dalam al Qur’an disebut dengan “alladzi
barakna haulahu” ini menjadi orbit keberkahan. Tidak hanya keberkahan fiski,
tetapi juga keberkahan waktu, aktivitas, tenaga, sumbangan pikiran, harta dan
apa saja yang mengarah pada pembelaan terhadap tanah suci dan Masjid al Aqsha.
Totalitas perjuangan ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang
mengajarkan nlai perjuangan dan pengorbanan. Karenanya, tanah suci dan masjid
tersebut yang terancam membuat kita harus membelanya dari berbagai aspek.
Berperang melalui berbagai media, siap siaga secara fisik maupun menghadapi
serangan dunia maya (cyber).
The Forbidden Country, apa yang mendsari penulis menyebut demiian.
Benarkah negeri tersebut adalah sebuah negeri terlarang? Untuk siapa? Mengapa
dan bagaimana kisahnya?
Negeri tersebut ditaklukkan oleh keteladanan dan akhlak Umar bin
Khattab. Damai. Tanpa kekerasan. Mengapa peristiwa besar tersebut tidak terjadi
di zaman Nabi Muhammad SAW, padahal beliau sudah mendahului singgah ke tempat
tersebut seblum hijrah ke Kota Yastrib.
Dikenal sebagai bumi yang subur yang melahirkan para pejuang, namun
ternyata tanah suci ini juga melahirkan dan mengorbitkan para tokoh dari
kalangan ulama. Jumlahnya tidak sedikit. Ada yang terlahir dari sana. Besar dan
tumbuh dewasa di sana, atau bahkan terusir dari sana dan akhirnya kembali lagi
ke sana. Ada juga yang sekedar singgah ke tanah suci ini untuk menimba ilmu
atau menyebarkannya. Berada di tengah-tengah orbit keberkahan.
Pesona magnetis tanah suci ini juga mendatangkan para pemimpin
bersahaja namun kuat kepribaduannya, akhlak dan ilmunya padu. Sosok pemimpin
seperti Sultan Nuruddin Zanky adalah salah satunya. Meski impiannya untuk
menaklukkan kembali al Quds tak terwujud, perjuangan gigihnya terlihat dari
sebuah mimbar yang dibuatnya. Ia siapkan untuk ditempatkan di Masjid al Aqsha.
Dua puluh tahun lamanya sebelum benar-benar terjadi penaklukan kota tersebut.
Shalahuddin al Ayyubi, seorang pemimpin lain setelahnya yang melanjutkan
mimpinya, menjadikan salah satu sumber inspirasi perjuangan tanpa henti dan tak
mengenal menyerah.
Kedua lelaki dan pemimpin tersebut beruntung sekaligus dicatat dengan
tinta sejarah. Di samping itu, keduanya disatukan oleh seorang perempuan hebat
yang bahkan jarang disebut namanya oleh sejarah. Janda mendiang Sultan Nuruddin
Zanky ini menerima pinangan Shalahuddin al Ayyubi untuk menjadi istrinya,
sekaligus melanjutkan mimpi obsesif mendiang suaminya, menaklukkan al Quds.
Kisah kepahlawanan para pemimpin ini penulis ekspresikan dalam bentuk tulisan-tulisan
kontemplatif agar kita bisa memvisuaisasikannya. Seolah-olah berada di
tengahnya, saat-saat menegangkan ketika menyusuri lorong-lorong kota demi kota
di Bumi Syam sebelum akhirnya melakukan shalat di Masjid al Aqsha.
Perjuangan heroik tersebut juga tak bisa dikenal karena sedikit disebut
sejarah. Namun, semua tahu bahwa ada banyak perempuan yang sangat menginspirasi
para pemimpin dan tokoh dunia. Seorang alim asal Gaza, Imam Syafi’i memiliki
spirit seorang ibu muda yang gigih. Siapa sajakah perempuan-perempuan hebat
itu?
Dalam buku ini juga ada sepenggal kisah pengkhianatan yang terinspirasi
pleh dosa Sang Iblis yang tadinya adalah makhluk baik-baik kemudaian menjelma
menjadi The Fallen Angel. Hal ini semakin membuktikan bahwa pertarungan sengit
antara kebenaran dan kebatilan tidak mengenal ruang, waktu, bahkan di alam
manusia saja. Pertarungan abadi tersebut terjadi di dua alam. Terjadi
selamanya. Selama kezaliman dipertontonkan dan dipertunjukkand engan
keangkuhan. Orang-orang mazlum yang tertindas dan ternistakan selalu akan ada
pembelanya. Meski dibela oleh orang-orang lemah seperti mereka, cepat atau
lambat kezaliman akan segera sirna menemui akhir cerita dengan kehinaan dan
keburukan.
Seandainya penulis tak mampu melanjutkan serialserial berikutnya, buku
ini adalah kumpulan mimpi obsesif penulis yang selalu berharap terus hidup
tanpa dibatasi usia dan keterbatasan penulis. Hingga terwujudnya sebuah
cita-cita besar. Terbebasnya kembali Masjid al Aqsha serta umat Islam sanggup
melaksanakan shalat lima waktu dengan bebas dan khusuk di dalamnya. Melengkapi
perjalanan suci setelah dari Masjid al Haram dan Masjid an Nabawi, singgah dan
bersujud di Masjid al Aqsha.
Aura kemenangan itu sangat dekat. Sedekat Sang Pemberi kemenangan.
Lebih dekat dari urut leher manusia. (Dr. Saiful Bahri, M.A.)
SELAMAT MEMBACA
Salam Tinta dan Pena,
Erna Dwi Susanti
Sragen, 28 November 2014
0 komentar:
Posting Komentar