Ada kalanya kita butuh waktu sendiri untuk memahami definisi hidup. Erna D. Susanti
![]() |
Sumber gambar : www.kaskus.co.id |
Hingar bingar kota, padatnya
aktivitas, besarnya tuntutan tugas seolah menjauhkan karsa dari cipta
dan rasanya. Istilah lainnya, tidak ada keseimbangan antara pemanfaatan
anugerah kehidupannya. Karsa bekerja atas dominasi cipta (akal), yang
diutamakan dari kondisi seperti ini adalah tujuan ‘besar’ tercapai,
lantas disepakati sebagai bentuk kesuksesan. Sedang bagaimana kondisi
rasa? Itu adalah kondisi di nomor kesekiannya. Serasa ada ruang kosong
yang terkadang goncang, itulah salah satu effect dari pengesampingan sebuah rasa.
Adilnya,
jika satu makhluk, sebut saja manusia. Apabila menghendaki kondisi yang
seimbang. Sukses fisik dan sukses lahir, perlu menelaah kembali
bagaimana tata kelola cipta, rasa dan karsa yang mereka miliki. Apa hak
dan kewajiban ketiganya sudah terpenuhi, mana yang berlebih dan mana
yang kurang? Itulah salah satu tugas pokok manusia dalam hidupnya.
“Memahami definisi hidup itu sendiri”.
Untuk memahami
definisi dari hidup, lengkap dengan penjabaran jawaban atas pertanyaan
premis kehidupan, seorang manusia butuh waktu untuk bicara pada dirinya
sendiri. Konteks bicara pada diri sendiri dapat diejawentahkan dengan
ragam kondisi yang berbeda antar satu individu dengan individu lainnya.
Dalam hening dan dengan terjaga, mungkin menjadi pilihan beberapa orang
di antara kita, kalangan ini akan mencari waktu khusus di mana hanya ada
dia, ciptanya, rasanya dan karsanya. Hanya ada dia dan dirinya yang
tertekur dalam evaluasi. Namun juga ada banyak di antara kita yang
memilih bergumul dalam kerasnya kehidupan untuk dapat membenturkan
penilaian diri atas hidupnya. Namun ia tetap akan menyediakan settingan
tempat berbeda agar bisa menghadirkan substansi “bicara dengan dirinya
sendiri”.
Yang pernah hidup, punya tata cara sendiri
untuk mengetahui bahwa ia hidup. Jika kemarin atau hari ini tengah
singgah resah, gundah pun sedang ada segudang rasa salah dan tanpa tahu
muara itu di mana asalnya, saat seperti inilah kita sedang perlu suasana
beda. Sedang butuh waktu spesial yang ganda. Kenalkan diri pada kondisi
hibernasi, karena terkadang kita perlu waktu untuk mengadili diri
sendiri.
Hisablah dirimu sebelum di hisap
Erna Dwi Susanti,
0 komentar:
Posting Komentar