Erna Dwi Susanti Personal Site

Home » » INGIN yang SEMPURNA

INGIN yang SEMPURNA



sumber gambar: google


Sejatinya tentu setiap keputusan itu ingin ditempatkan pada yang terbaik, ditemukan dengan yang sesuai, disatukan dengan yang segaris dan secita-cita. Itulah mimpi, harapan dan keinginan. Yang terbaik agar bisa digabungkan dalam kesempurnaan. Terlebih dalam menjalani ritme hitam putih kehidupan, saat menapaki petak-petak kecil bernama ujian, saat mencecap setetes madu kala kegetiran. Banyak keluh namun juga tetap ada syukur, segalanya campur baur dan membelangga dalam satu bejana. Kehidupan dunia.

"No body perfect"

Tidak dipungkiri oleh setiap yang mengenal kesempatan, mereka akan dengan gamplang menyadari bahwa setiap orang tak ada yang sempurna. Membutuhkan yang lain untuk melengkapi, yang lebih mengisi yang kurang dan yang kurang dengan legowo menerima sumbang kelebihan. Melengkapi untuk mendekati kesempurnaan. Tapi lagi-lagi belum bisa untuk disebut sempurna, karena kesempurnaam hanya akan dimiliki oleh sang Maha Pencipta, diraja dari para raja.

Shock, tentu itulah yang dirasakan saat beberapa kalimat terucap dari seorang pemeriksa mataku, huruf terurut dari yang besar sampai yang kecil dan sangat kecil terpajang di sana, angka-angkapun juga dicampur di dalamnya. Ketajaman mata sudah tak optimal untuk diajak main tebak-tebakkan dengan petugas, menyerah pada baris ketiga. Dan tampak rasa penasaran beliau kian membuncah, kini dimintanya aku untuk meniti garis demi garis yang disusun membentuk sudut melingkar di bagian atas bagan. Hmmm, ah kecil itukan Cuma garis-garis. “Ayo teh, coba teteh amati garis melingkar itu, ada berapa dan mana saja yang tampak  jelas terlihat”, dengan senyum dan maksimak aku akomodasikan mata untuk konsentrasi mengamatinya dan ternyata, dari lima belasan garis lebih yang ditata berjajar aku hanya bisa menangkap dengan terang pada empat garis saja. Yang lainnya pudar, berkelok dan sama sekali tak lurus dan beberapa memang tidak tampak.

Helaan nafas kala itu terdengar panjang, dan dicobanya beberapa lensa untuk mempertajam penglihatanku agar bisa dengan terang mengamati semua angka-huruf dan garis tersebut. Dibantunya dengan penyinaran komputer, sekian dan sekian lensa sudah dicobakan ke mata dan nihil, tetap akomodasiku masih terlampau lemah untuk menangkap terang dan jelas kesemuanya.

Mata kanan minus 3, kiri sudah melemah dan kanan kiri silindris 3. Wow, apa ini akupun tak dapat menerima dan memahaminya. Dengan santun dan penuh perhatian ku dengarkan penuturannya, dan bismillah ini tak mengapa. Beberapa tahun sudah lelah berkacamata dan dari siang itu besar harapan dari dokter akan menyampaikan kalimat emas yang sudah aku nanti-nantikan “Dena, kamu sudah boleh tidak berkacamata”, tapi jauh panggang dari api. Demikian pula dengan harapanku yang satu ini. Ganti kacamata dan tambah silindris, hmm. Entah ini nikmat atau musibah, aku hanya berbaik sangka pada Allah.

Selang beberapa bulan, atau lebih tepatnya baru sehari kemarin aku dititipin untuk menjaga dua orang tunanetra, menjemput, menemani dan membersamainya seharian berjalan dari Bandung sampai ke Cimahi. Ya, meskipun berlatar belakang pada dunia kesosialan yang selalu berkecimpung dengan masalah sedemikian, aku masih agak canggung dan terlebih harus bersama dengan dua orang sekaligus. Terbayang menuntun dan mengarahkan seorang saja akan menjadi hal yang sangat sulit dan gamang, terlebih amanah itu tambah satu. Rabb, hamba yakin kehendakMu mematrikan hamba untuk bisa melaksanakan amanah ini. Alhamdulillah, meski beberapa kali satu di antara keduanya terantuk kaki pada polisi tidur, merasa takut yang teramat sangat ketika menyebrang di jembatan penyebrangan dan sejuta kejadian lainnya membuat bathin ini semakin tersesak karena malu.

“Ya, terlalu rajin aku mengeluhkan ketidak mampuanku melihat benda jarak jauh, ketidak mampuanku dalam membalas senyum dan sapaan dari mereka yang menegur dan menyapaku”, terlampau manja mungkin diri ini pada Tuhannya. Rabb, ampunilah hamba-hambamu ini. Aamiin.

Kesempurnaan memang menjadi dambaan bagi setiap insan, namun segala yang ada sekarang masih sangat pantas kita syukuri, masih sangat wajib kita jaga dan masih harus untuk kita sedekahi. Karena tidak pernah tahu, titipan nikmat yang ada sekarang kapan akan diambil dan dialihkan kepada yang lain dan kapan penderitaan orang lain akan diujikan pada kita. Segalanya sangat mudah bagi Allah, dan tiada kebarakahan lain yang bisa kita jemput selain senandung syukur dan munajat sabar. Semoga hikmah senantiasa mengalir dalam segala keadaan kita. Aamiin.

Wallahu ‘alam bishshowab, semoga bermanfaat.

terinspirasi dari banyak inspirator ^^ (nyata dan maya)

Bandung, 7 Agustus 2012
Ern Hidayatul Ulya
ernastksbandung@yahoo.co.id

0 komentar:

Posting Komentar