Erna Dwi Susanti Personal Site

Home » » berIKAN KOI sendiri

berIKAN KOI sendiri


Fasilitas yang lengkap, pemandangan yang tenteram, taman kecil yang tertata indah menyempurnakan ke-esotikannya, matahari terbit setiap hari bisa menyapa dan menghangatkan ruangan melalui celah-celah ventilasi yang tertata dengan rapi, sehat dan sejuk terirama. Tempat yang memang dianugerahkan oleh Nya. Entah ini adalah sebuah nikmat dan jawaban atas do’a selama ini, atau sebuah ujian atas keberadaan dan uji kelayakan iman lainnya. Tapi keduanya juga tidak beda tipis, bahkan bisa dikatakan suatu kesamaan. Bukankah nikmat juga bagian dari ujian?


Segala puji syukur hanya pantas terpanjat padaNya. Nampaknya tidak afdhol jika pagi hari tak dihabiskan dengan bercengkrama dengan ikan-ikan kecil di kolam depan. Nila, mas, mujair, gurame berhabitat dalam satu kolam, nampak rukun mereka hidup berdampingan. Berkelompok dengan bangsanya, sesekali juga mereka lakukan tapi membaur bersama  lebih sering mereka perlihatkan. Rukun, berdampingan satu dengan yang lainnya.


Duhh, ada yang luput dari pengamatan. Ada satu ikan yang berbeda dari yang lainnya. Ia berwarna mencolok, terang, merah bercampur putih bersih. Cantik! Berkeliaran, berlari dalam air dengan penuh bebasnya, tapi ia hanya seekor tanpa ada yang serupa dan sewarna.


Gemericik air diiringi instrumen alpha relaxation tanpa sadar mengajak perasaan dan akal bersinergi, diajaknya sedikit bersenandung di alam mereka, seekor ikan koi itu yang dijadikan topik bahasan kali ini. Ia digariskan hidup dalam air, mengahabiskan waktu dengan kelopak mata yang tak pernah tertutup, dalam keadaan tidur ataupun jaga. Menghirup dan menghembus nafas dengan insang dan kepak sirip. Bergerak santai dan gontai, menyisir air sesukanya. Kali ini ia hanya tinggal sendiri di habitat kolam kecil, tak ada yang menyertai dari kalangan yang setipe dengannya. Ia membaur dengan Mas, Nila, Gurame dan Mujair-mujair besar itu. Fleksibel meski dengan kesendiriannya, tetap ramah meski dengan postur badan kecilnya. Tak kenal takut, minder atau memilih mengisolasikan diri. Beradaptasi, mungkin itu kunci yang terus dibawanya.


Teringat pelajaran biologi sewaktu SMA kelas 1 dulu, kalau sekarang dengan kurikulum KTSP disebutnya kelas 11. Di sana ada bahasan tentang materi adaptasi, ada fisiologi, morfologi dan tingkah laku. Di sana ada subbab tentang seleksi alam juga, satu bentuk seleksi yang diberikan oleh alam pada makhluk hidup yang tinggal di dalamnya, dan makhluk hidup harus melakukan pertahanan diri untuk bisa menetap dan melanjutkan kehidupannya di sana, dengan beradaptasi itulah mereka (para makhluk) bisa mengatasi seleksi alam. Seekor ikan koi di hadapanku ini juga termasuk di dalamnya. Ia juga melakukan proses demi proses adaptasi. Menjadikan kesendiriannya sebagai senjata untuk bisa bersama, menjadikan keasingan dirinya sebagai bekal untuk berelasi, menjalin komunikasi dan interaksi lainnya.


Berawal dari kelemahan itulah ia bangkit, berasal dari keterbatasan itulah ia akhirnya kreatif, menembus ketidak samaan untuk merengkuh kebersamaan. Hadir dengan perbedaan untuk mewarnai dan mencari warna. Tanpa pernah merasa paling rendah ataupun melambung karena menganggap diri paling tinggi.


Kawan, satu edisi yang semoga tetap bisa menjadi pembelajaran bagi jiwa kita yang senantiasa haus akan pemaknaan dan pembelajaran. Kapan dan di manapun kita masih bisa untuk berhikmah, berlapanglah dan terus mengasahlah. Salam pembelajaran.


Kadakajaya, Tanjung Sari, Sumedang
23 Maret 2012
Ern Hidayatul Ulya

0 komentar:

Posting Komentar