Erna Dwi Susanti Personal Site

Sumpahku Atas Nama Pemuda Juga

Atas nama pemuda lagi-lagi kami ingin bersumpah,
Mengucap suara untuk bebas mengumpat kata-kata dan janji serapah,
Agar percaya dari mereka masih terus ada dan membuncah,
Biar suara ini ternilai wah,




 

Indah,
Dan bukan dianggap sekedar suara bocah.

Bahasa,
Bangsa,
Air dan tanah,



Itu kata sejarahku,
Masa kelam yang memang harus ditipu,
Dengan sayup-sayup dihapalkan oleh memoriku,
Tanpa makna jelas, tanpa ilmu.


Ya, kami hanya akan tau,
Hari ini peringatan mereka atas sumpah mudamu, dulu.


Jika sekarang,
Kami harus meneruskan,
Apa yang harus kami teruskan?





Kami sudah punya sumpah atas nama ego yang sering dipertuhankan.
Ya, hari ini
Biarkan kami,
Sesuka hati,
Mendeklamasikan arti,
Satu bangsa, bahasa, air dan tanah ini.

sumber gambar : balibackpacker.blogspot.com


Erna Dwi Susanti
28 Oktober 2014

KAMMI Solo Kawal Kepemimpinan Indonesia Hebat

SURAKARTA - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Solo gelar aksi pelantikan Presiden RI 2014-2019 di Bundaran Gladak, Surakarta, Senin (20/10/2014). Aksi tersebut adalah bentuk pengawalan terhadap kepemimpinan Indonesia Hebat.


Arip Budhi Hermawan, Ketua Umum KAMMI Daerah Solo menyampaikan bahwa secara serentak tuntutan nasional yang dibawa oleh KAMMI adalah perwujudan Jaminan Pendidikan Nasional (Jamdiknas). Di mana program tersebut adalah pemberian fasilitas pendidikan gratis kepada anak Indonesia hingga jenjang Strata I (Sarjana).


"Selain Jamdiknas, dalam aksi ini KAMMI Solo memberikan ikrar untuk terus mengawal sembilan janji presiden, mengawal kabinet Jokowi-JK untuk mewujudkan revolusi mental, hadirkan pemerintah yang bersih KKN, dan tidak menjadi bonekanya negara asing", tegas Arip.


Aksi yang diikuti oleh mahasiswa dari universitas di Solo raya tersebut berlangsung damai, dengan orasi dan pembentangan propaganda-propaganda aksi. (ern)

Dialektika

Ibnu Khaldun pernah menulis bahwa ‘ashabiyyah merupakan asas berdirinya suatu negara, dan faktor ekonomis yang menjadi faktor penting penyebab terjadinya perkembangan masyarakat. Jadi boleh di simpulkan, bahwa Ibnu Khaldun adalah tokoh pelopor materialisme sejarah, jauh sebelum Karl Marx.

Konsep gerak sejarah Ibn Khaldun mengikut pada tiga aliran Filsafat sejarah; aliran sejarah sosial, aliran ekonomi, dan aliran geografis. Pada aliran ekonomi itulah yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx.

Shalat Gerhana



Oleh Ust. Rochmad Supriyadi, Lc

Sumber Gambar : news.liputan6.com

Gerhana adalah peristiwa tertutupnya cahaya sinar baik matahari atau bulan dikarenakan sebab yang tidak biasa terjadi. Dalam agama islam hal ini dinamakan khusyuf, dengan huruf kho’ dan kaf.

Terjadinya gerhana merupakan kekuasaan Allah ta’ala semata, dalam rangka agar para hamba takut dan kembali kepadaNya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan ayat dan tanda dari tanda kebesaran Allah Ta’ala, tidaklah terjadi suatu gerhana dikarenakan wafat atau hidupnya seseorang, akan tetapi Allah ta’ala menakuti para hambaNya dengan keduanya” (HR. Bukhari dan Muslim)

Shalat gerhana adalah WAJIB menurut pendapat yang ditegaskan oleh Abu Awwanah dalam kitab shohihnya, sebagaimana diriwayatkan pula dari imam Abu Hanifah dan imam Malik memberlakukan sebagai mana hukum shalat jumat dan pendapat ini dikuatkan oleh Imam Ibnu Qqoyyim serta dirojihkan Syeikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin Rohimahullahu, dikarenakan Nabi SAW telah memerintahkan agar melaksanakan sholat ini dan Nabi keluar dari rumah dalam keadaan takut dan khawatir seraya bergegas menuju masjid.

Adapun waktu pelaksanaan shalat gerhana dimulai di saat terjadinya gerhana hingga selesai gerhana, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Jikalau kalian melihat sesuatu dari gerhana maka lakukanlah sholat hingga gerhana tersebut menghilang. (HR. Muslim).

Tata cara mengerjakan sholat gerhana yaitu dengan :

  1. Melakukan shalat dua raka
  2. Dalam rakaat pertama dengan membaca al Fatihah dan surat panjang dan mengeraskan bacaan, baik terjadi gerhana di siang maupun malam hari.
  3.  Kemudian rukuk dengan waktu yang panjang
  4.  Kemudian bangkit dari rukuk dan kembali membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang, akan tetapi lebih pendek dari bacaan surat yang pertama. 
  5.   Kemudian rukuk yang panjang dan bangkit dari rukuk
  6.    Kemudian sujud dengan dua kali sujud yang panjang dan duduk di antara dua sujud, dan
  7.   Bangkit menuju rakaat kedua melakukan seperti dalam rakaat pertama dengan membaca bacaan panjang dan kemudan melakukan duduk tahiyat membaca tasyahud dan salam.


Sebagaimana hal ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir Ra. Yang mencantum dalam shohih Muslim.

Dan disunnahkan bagi imam agar memberikan mauidzoh kepada para manusia setelah mengerjakan sholat gerhana, memperingatkan kepada mereka agar tidak lali dan tertipu dengan kehidupan dunia dan urusan-urusannya, dan menganjurkan agar banyak beristighfar dan taubat dan doa, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi SAW dalam sabdanya, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda kebesaran Allah ta’ala, tidak terjadi lantaran hidup dan matinya seseorang, jikalau kalian menjumpai gerhana maka berdoalah kepada Allah Ta’ala dan perbanyaklah bertakbir, shalat dan bersedekah.” (HR Bukhari)

Jikalau telah selesai shalat gerhana namun belum selesai gerhana, maka tidak dianjurkan untuk mengulang shalat gerhana, akan tetapi memperbanyak dzikir dan berdoa, sebagaimana pula jikakalau gerhana terlah selesai tatkala mengerjakan shalat maka tidak boleh memutus dan menghentikan shalat, akan tetapi menyempurnakan shalatnya hingga selesai (al Fikih Al Mayassar 131).

Salam Tinta dan Pena!

IKRAR NASIONAL - Pemuda! Ini Taringku, Mana Ke-Indonesiaanmu?



Oleh : Erna Dwi Susant, S.ST

Sumber gambar : menujubermartabat.wordpress.com
Sensitivitas  keadaan

Karena tak sekubu maka harus segera tersekat, pindah dan beranjak. Yang tak sehaluan harus segera menyingkir dan tahu diri kalau ini bukan kawasan untuk kalian. Jika kelihaian dalam jamaah dan kebersamaan murni yang ingin tergapai, pahamkan idealisme mu, ajari dia untuk berbenah dan seret ia untuk mengakui bahwa kita adalah satu, tak mungkin dan tak seharusnya ‘berbeda’, tak sewajarnya untuk membuka lebar celah perbedaan. Pahami hakikat jalan kami, dan selaraskan dengan peta jalanmu lantas selaraskanlah. Simpelnya seperti itulah realita yang sebenarnya ada di sini, realita yang memang tidak menggebu-gebu menunjukkan taring pemaksaannya, tapi sejatinya dengan lantang ia menyuarakan berasas pada kata ‘persatuan’ memaksa orang yang tak sehaluan untuk berganti arah dan mengambil haluan yang senada dengan dirinya. Semua meminta untuk dipahami dan diikuti.

Di seberang sana ada keadaan yang serupa, mereka yang kita paksa untuk meleburkan diri dalam satu kata ‘sepakat’ untuk mengambil pilihan serupa juga memiliki keinginan diikuti. Mereka punya idealisme besar dibalik kerangka kerjanya. Mereka secara paten memiliki keyakinan teguh atas pilihannya yang kemarin, dan tidak bisa dengan serta merta mereka harus membuka pintu dan membuang lepas idealisme yang dimiliki sebelumnya dan mengganti dengan prinsip perjalanan/nilai/norma tetangga. Karena segalanya telah dibalut dengan banyak altruisme sebelum bercokol kuat dan berdaun lebat dalam pilihannya. Mereka akan memperjuangkan nilai mereka, dan akan semaksimal mungkin meminta tetangga memahami dan menyelusup meminta diikuti. Sama-sama meminta diikuti.

Jika sebuah analogi kini disajikan, satu ritme dagang kembali ditawarkan maka sejatinya pasaran di manapun akan menghadirkan pedagang yang gemuruh berteriak menawarkan dengan bangga barang dagangan dan komoditas lapak mereka. “Mari-mari, pilih ini, ini yang terbaik, ini yang terbaik, ayo dipilih-ayo dipilih”. Demikianlah romantisme keberlangsungan hidup, dalam realita dan di Indonesia juga. Pemaksaan perbedaan untuk menjadi sama, dengan dalih untuk persatuan, semuanya harus satu, tak ada warna pembeda tak ada yang memisahkan dan harus melebur indah dengan menyeragamkan segalanya. Indonesia.

Transformasi pindah nama

Delapan puluh empat tahun sudah terjalin sampai sekarang, saat pemuda-pemuda yang berangkat dari seluruh pelosok desa memberangkatkan wali-walinya dalam musyawarah kota. Untuk menyepakati dalam kenasionalan, agar muncul tonggak kesaktian, satu wacana, satu prinsip dan satu suara “KAMI INDONESIA”.

Bukan dari sebuah sumpah ia berawal, tapi pada pemaknaan atas sebuah ikrar. Sebuah janji untuk bergerak, sebuah janji untuk menghalau ragam perbedaan menuju muara persatuan. Sampai dengan alih harap untuk mendongkrak semangat dan kerangka juang yang lebih kokoh dan transformasi tenaga perjuangan yang lebih kuat maka kata ikrar itu dikemas ulang oleh pak Soekarno dengan kata ‘sumpah’. Terdengar lebih kuat, terdengar lebih dahsyat dan terdengar lebih elegan disuarakan. Pemuda berhimpun dari segala penjuru Indonesia untuk menyatukan satu sumpah, sumpah kebersamaan, sumpah keseragaman dan sumpah menjadi satu dalam kata Indonesia.

Tenanglah, karena engkau telah bersumpah

Di sana ada sebuah jendela yang besar, beranjak dari tempat dudukmu yang sekarang, tenggoklah di luar sana apa yang sedang terjadi. Indonesia telah bertumpahan darah dengan pemaksaan kehendak, bersenandung lara dengan pengusiran dan pengejawentahan keadaan. Pemerkosaan nurani untuk bersuara dan berkiprah dalam laganya. Mereka dituntut untuk menyamakan suara, membuat tangga nada hanya berada pada pola sopran saja. Mereka diminta untuk menjadi satu warna dengan segala cara. Indonesia harus menjadi merah maka mereka yang hijau dipoles keras biar terlaksana menjadi merah, mereka yang putih ditumpah ruah tinta agar jadi merah, mereka yang biru dipaksa berganti warna menjadi merah. Dan sampai pada satu titik di mana Indonesia akan dikenal dengan kemerahanya. Lantas benarkah demikian makna dan warisan dari transformasi ikrar pemuda? Memaksakan bahasa persatuan dengan pemaksaan untuk menjadi satu dan serupa. Melebur jadi satu belangga dari segala rupa asalnya, dipoles dan harus menjadi sama. Bubur persatuan dan persamaan.

Sejatinya, persatuan itu pelangi

Bukankah sebagai mana sisa air hujan yang dijatuhkan ke muka bumi dengan segala sasaran akan menyisakan bulir-bulir air yang lantas mengalir dan menyisakannya dalam muara bernama genangan? Dari genangan yang ala kadarnya itu kemudian tetap teguh dalam muara beraneka ragam bulir air dan ragam zat yang terkandung di dalamnya sembari menunggu matahari bersinar lagi lantas dipantulkan dan terciptalah pelangi. Beberapa ragam warna yang berjajar seimbang dan menyelaraskan. Seperti itu pulalah Indonesia seharusnya, segala ragam latar belakang menghalau menuju pada satu muara bernama Indonesia dan dari muara yang ada kemudian menampakkan taring indah keanekaragamannya. Aneka ragam warnanya dan kemudian menjadi bentangan indah bernama sup buah Indonesia. Bukan jus buah Indonesia. Membiarkan mereka berada dengan segala potensi dan pola pikirnya tanpa ada pemaksaan. Tetap berjalan dengan ritme pemikirannya, tidak pernah menuntut menjadi serupa cukuplah bersatu dengan berangkat dari keragaman yang ada.

Ini namanya konsekuensi

Jika sebuah kesadaran sudah mulai tercerdaskan, pemahaman sudah mulai tumbuh dalam pengakuan bahwa kita bersatu hanya dengan kesepakatan tanpa menuntut melebur maka segeralah buat formasi tindakan yang tangkas. Musuh besar kehidupan, yang dituduhkan pada pengaruh kejam arus globalisasi, liberalisasi, sekulerisasi, dan beberapa arah kebaratan yang lain sudah lantang membentang dan menampakkan taringnya; maka menunggu apalagi? Buat konsep gerakanmu, tunjukkan ke-Indonesiaanmu. Bangun dan ajaklah Indonesia bernuansa dengan kecerdasan dan akal gerakmu. Buat Indonesia lebih Indonesia.


Persinggahan Tank Leopard ke Pemda Sragen

SRAGEN -  Berita gambar, persinggahan 4 (empat) Tank Leopard dari perjalanan Pasca Konvoi peringatan HUT TNI di Surabaya, di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sragen, Jumat (10/10/2014).


Kehadiran empat buah tank beserta team operasional tersebut dimanfaatkan oleh peserta didik di Kabupaten Sragen untuk mengadakan studi lapangan. Tampak hadir pelajar tingkat dasar dan lanjutan di halaman setda Sragen.


Tank dan pasukan operasional Leopard seberat 60 ton tersebut kembali di berangkatkan dengan Upacara Pelepasan yang dipimpin oleh Bupati Sragen, Agus Fatchurrahman. Dalam pidatonya Agus berharap bahwa kehadiran anak-anak untuk menyaksikan tank-tank ini sebagai saksi sejarah di masa kecil sekarang dan sebagai bekal di masa besarnya nanti. (ern.pt)


Bupati, Sekda, dan Team Tank Leopard di Halaman Setda Sragen, Jumat (10/10/2014)

Tampak dua tank Leopard dan team operasional


Sisi depan tank Leopard
Tampak samping Tank Leopard

Bagian bawah (pelapisan roda penggerak)

Penampang lapisan roda yang terbuat dari bahan karet
Bekas jalan yang dilalui Leopard - sepadan dengan bekas lintas truck

Peserta didik yang berkunjung untuk studi lapangan tentang Leopard

Salam tinta dan pena, ^_^

Fakta - fakta Gerwani

Berikut adalah fakta yang berani berbicara, apa dan siapa mereka sebenarnya. Yani Mulyanti seorang kontributor Berdikari Online mengurai 25 fakta tentang Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). Semoga menambah perhatian kita, bahwa sejarah adalah lahan basah untuk dapat disimpangkan. Salam tinta pena.

***

sumber gambar : blog.umy.ac.id
Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. Kehadiran sejumlah anggota Gerwani di Lubang Buaya, Jakarta, pada malam 1 Oktober 1965, dikaitkan dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S 1965.

Sejak itu, kampanye fitnah tentang Gerwani mengalir deras.Gerwani difitnah menyilet kemaluan para Jenderal dan mencungkil matanya. Tak hanya itu, kehadiran Gerwani di Lubang buaya juga dikaitkan dengan pesta seks bebas dan tarian seksual “Harum Bunga”.

Propaganda fitnah itu awalnya dilancarkan oleh koran-koran milik Angkatan Bersenjata. Propaganda itu kemudian dipahatkan melalui diorama di museum Lubang Buaya. Lalu, sejak tahun 1980-an, fitnah itu dikemas melalui filmPengkhianatan G30S/PKI.Cerita fitnah itu juga diawetkan melalui penulisan buku-buku sejarah versi Orba.

Kini, setelah Orba runtuh, kebenaran perlahana-lahan terkuak. Berbagai kesaksian dan penelitian sejarah membuktikan kebohongan berbagai fitnah murahan Orba tersebut. Sebaliknya, berkat penggalian sejarah yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dan sejarawan, berbagai dokumen justru memperlihatkan peranan besar Gerwani dalam perjuangan bangsa Indonesia dan pembebasan perempuan.

Berikut ini 30 fakta tentang Gerwani yang kami himpun dari berbagai kesaksian dan dokumen yang sudah terpublikasi luas, baik melalui penerbitan buku-buku, jurnal, maupun internet.
  1. Sebagian besar pendiri Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kelak berganti nama menjadi Gerwani, adalah perempuan-perempuan revolusioner yang pernah terlibat dalam perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi bersenjata pasca Proklamasi 17 Agustus 1945. Pemimpin terkemuka Gerwis, yakni SK Trimurti, sudah terlibat dalam pergerakan anti-kolonial bersama Bung Karno sejak tahun 1930-an. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai Menteri Perburuhan pertama dalam sejarah Republik; Tokoh pendiri lainnya, Salawati Daud, adalah walikota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan RI sekaligus Walikota perempuan pertama di Indonesia. Ia aktif di pergerakan anti-kolonial sejak tahun 1930an. Tak hanya mengorganisir perlawanan, Salawati Daud turut bergerilya dan mengangkat senjata melawan Belanda; Tokoh Gerwani yang lain, seperti Soedjinah, Umi Sardjono, Soelami, dan lain-lain, juga tercatat ikut memanggul senjata membela kemerdekaan Republik Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.
  2. Gerwis, yang berdiri tanggal 4 Juni 1950, aktif dalam kampanye dan aksi-aksi menuntut pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), menentang kembalinya modal asing, dan mengutuk peristiwa reaksioner peristiwa 17 Oktober 1952 (upaya sejumlah perwira AD mengkudeta Bung Karno dan membubarkan parlemen).
  3. Pada tahun 1952, Gerwis aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti di Semarang, Kendal, Tanjung Morawa (Sumut), Brastagi (Sumut), dan lain-lain.
  4. Pada tahun 1955, Gerwani (Cat: Gerwis berganti nama menjadi Gerwani di kongres II tahun 1954) aktif memperjuangkan Undang-Undang Perkawinan yang demokratis. Di DPR, Ketua Umum Gerwani Umi Sardjono menegaskan bahwa perjuangan mengesahkan UU perkawinan harus dipandang sebagai perjuangan melengkapi revolusi nasional.
  5. Pada tahun itu juga Gerwani mengadvokasi seorang perempuan bernama Maisuri, yang dipenjara karena menolak kawin paksa dan memilih lari dengan pacarnya. Gerwani juga mengecam dan mengusut tuntas kasus pembunuhan Attamini, seorang perempuan dari keluarga miskin di Malang, oleh seorang pedagang kaya keturunan Arab
  6. Gerwani paling keras menentang poligami, perkawinan anak-anak, dan pelecehan terhadap perempuan. Bagi Gerwani, pengertian kemerdekaan nasional sepenuhnya meliputi juga penghapusan terhadap poligami, kawin paksa, pelacuran dan beban kerja ganda.
  7.  Pada tahun 1957, Gerwani mendukung aktif perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir kolonialisme Belanda di Irian Barat. Gerwani bahkan mengirimkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati untuk pembebasan Irian Barat. Tak hanya itu, Gerwani memobilisasi 15.000 wanita ke Istana Negara, saat peringatan Hari Perempuan Sedunia, 1 Maret 1961, untuk menentang pembentukan negara boneka Papua oleh kolonialis Belanda.
  8. Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. Langkah ini sekaligus upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial. Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka. Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing.
  9. Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan sandang bagi rakyat. Tak hanya itu, gerwani rajin melakukan aksi demonstrasi untuk menentang kenaikan harga bahan pokok. Salah satu demonstrasi besar yang digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960. Bung Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun.
  10. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia (BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lain-lain. Gerwani juga menggelar kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani juga aktif memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU Perjanjian Bagi Hasil (PBH).
  11.  Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. Gerwani dan SOBSI juga kerap menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang sama di tempat kerja.
  12.  Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. Tak hanya berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani juga menyetorkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam operasi Trikora.
  13.  Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya adalah kepentingan imperialisme AS. Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti melawan PRRI/Permesta.
  14.  Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno. Untuk keperluan itu, Gerwani mendirikan banyak sekali tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus PBH.
  15.  Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. Gerwani, misalnya, mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat penitipan anak. Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan anak semacam itu. Pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman Kanak-Kanank (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus penitipan anak. Pada tahun 1960, Gerwani juga merumuskan “panca-cinta” sebagai pedoman pendidikan anak-anak, yaitu cinta tanah air, cinta orangtua dan kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian, dan cinta alam sekitar.
  16.  Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya. Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga-harga. Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan penghapusan korupsi danretoolingaparatur negara.
  17.  Gerwani aktif menentang pelacuran. Bagi Gerwani, pelacuran bukan kesalahan perempuan, kondisi sosial dan ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi pelacur. Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme sudah dipraktekkan.
  18. Gerwani juga aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang merendahkan martabat perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis, terutama film-film Amerika Serikat (AS). Salah satu film yang diprotes berjudulRock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. Film lain yang diprotes semisalRock Around the Clock(1956) danDon’t Knock the Rock.Selanjutnya, dalam kerangka melawan kebudayaan imperialis, Gerwani mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.
  19.  Hingga Januari 1964, Gerwani mengklaim punya anggota sebanyak 1.750.000 orang. Dan mereka yakin, pada akhir 1965 bisa melipatkan gandakan anggota menjadi 3 juta orang. Tak hanya itu, cabang-cabang Gerwani juga berdiri di hampir semua daerah.
  20.  Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang imperialisme, seperti aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora, menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
  21.  Gerwani memiliki majalah bulanan bernamaApi Kartini, yang mengulas banyak persoalan: dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya, masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain. Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih, Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.
  22.  Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik. Gerwani berharap lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, dan lain-lain. Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.
  23.  Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui Gerakan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS). Melalui GWDS, Gerwani berkampanye tentang penghentian perlombaan persenjataan, pelarangan percobaan senjata atom, mempromosikan perdamaian dunia dan menentang perang, mendukung Konferensi Asia Afrika, penghapusan apartheid, penghapuasan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan lain-lain.
  24.  Gerwani mendukung konsep Bung Karno mengenai Demokrasi Terpimpin, Manipol (Manifesto Politik) dan Dekrit Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD 1945.
  25. Gerwani merupakan pendukung setia Bung Karno. Gerwani juga mati-matian membela politik Bung Karno yang anti-imperialis dan anti-kolonialis, tidak hanya dalam kata-kata dan statemen politik, tetapi dalam aksi dan tindakan politik. Misalnya, Gerwani menyetorkan kadernya sebagai sukarelawati dalam proses perjuangan pembebasan Irian Barat dan menggagalkan pembentukan negara Boneka Inggris di Malaya. Tak hanya itu, pasca peristiwa G30S 1965, ketika kekuasaan Bung Karno sudah di ujung tanduk, sejumlah aktivis Gerwani di persembunyian menerbitkan  buletin bernama PKPS (Pendukung Komando Presiden Soekarno) untuk menggalang massa mempertahankan Bung Karno.
Karena sejarah harus dinilai dengan jujur.