Berharap untuk mendapatkan finansial
berlebih bukanlah sifat yang layak dipertahankan bagi seorang pekerja sosial (social worker). Meskipun identitas
sudah menjadi seorang pekerja professional karena telah memegang nilai, skill
dan pengetahuan tentang pekerjaan tersebut visi dan misi yang profit oriented
tidak layak disandingkan di sini.
Simaklah, di satu kantor
penanggulangan kemiskinan di mana aku ditempatkan untuk 2 tahun ke depan. UPTPK
Kabupaten Sragen. Kalau kalian menyempatkan diri barang satu atau dua jam duduk
mengamati akan beragam latar belakang dari penerima layanan yang datang. Mereka
beragam latar belakang, agama, karakter, wajah, agama, ras, sifat dan pembeda
lainnya. Hanya satu saja yang masih menyamakan mereka, miskin dan bersama,
mereka ingin disejahterakan.
Mereka ada yang datang dengan jalan
kaki dari jarak yang terlampau jauh untuk kemudian mendapatkan bantuan. Ada
yang datang dengan bersepeda dengan jarak tempuh sekian sekian kilometer
jauhnya, Nelangsa. Kalimat itulah yang mencerminkan mereka dan kondisinya.
Untuk berobat mereka tidak ada biaya,
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka juga jauh dari ala kadarnya. Semua
serba minim, kecil dan terbatas.
Hakikatnya mereka tidak pernah
meminta untuk menjadi miskin, sakit ataupun menderita lainnya. Tapi bukankah
wujud kasih saying dan cinta dari Tuhan penciptanya itu Maha Sempurna? Melalui
celah apapun semua bisa digunakan untuk
menambah kadar cinta dan ketaatan kepadaNya. Illahi Rabbi.
Jika memang sekarang posisi kita
sedang di atas jangan enggan untuk sesekali menunduk melihat bagaimana kondisi
mereka dan penghidupannya. Jika sekarang kita sedang di masa keemasan jangan
angkuh untuk menyapa mereka yang hanya bisa tinggal di kolong-kolong jembatan.
Sobat, satu pesanku, berbekal charity
dan professional mari membantu, mengajak mereka menatap segar mentari pagi dan
sinar jingga matahari senja.
0 komentar:
Posting Komentar