Erna Dwi Susanti Personal Site

Home » » Kemiskinan Egaliter

Kemiskinan Egaliter



Berharap untuk mendapatkan finansial berlebih bukanlah sifat yang layak dipertahankan bagi seorang pekerja sosial (social worker). Meskipun identitas sudah menjadi seorang pekerja professional karena telah memegang nilai, skill dan pengetahuan tentang pekerjaan tersebut visi dan misi yang profit oriented tidak layak disandingkan di sini.

Simaklah, di satu kantor penanggulangan kemiskinan di mana aku ditempatkan untuk 2 tahun ke depan. UPTPK Kabupaten Sragen. Kalau kalian menyempatkan diri barang satu atau dua jam duduk mengamati akan beragam latar belakang dari penerima layanan yang datang. Mereka beragam latar belakang, agama, karakter, wajah, agama, ras, sifat dan pembeda lainnya. Hanya satu saja yang masih menyamakan mereka, miskin dan bersama, mereka ingin disejahterakan.

Mereka ada yang datang dengan jalan kaki dari jarak yang terlampau jauh untuk kemudian mendapatkan bantuan. Ada yang datang dengan bersepeda dengan jarak tempuh sekian sekian kilometer jauhnya, Nelangsa. Kalimat itulah yang mencerminkan mereka dan kondisinya.

Untuk berobat mereka tidak ada biaya, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka juga jauh dari ala kadarnya. Semua serba minim, kecil dan terbatas.

Hakikatnya mereka tidak pernah meminta untuk menjadi miskin, sakit ataupun menderita lainnya. Tapi bukankah wujud kasih saying dan cinta dari Tuhan penciptanya itu Maha Sempurna? Melalui celah apapun semua bisa digunakan untuk  menambah kadar cinta dan ketaatan kepadaNya. Illahi Rabbi.

Jika memang sekarang posisi kita sedang di atas jangan enggan untuk sesekali menunduk melihat bagaimana kondisi mereka dan penghidupannya. Jika sekarang kita sedang di masa keemasan jangan angkuh untuk menyapa mereka yang hanya bisa tinggal di kolong-kolong jembatan.

Sobat, satu pesanku, berbekal charity dan professional mari membantu, mengajak mereka menatap segar mentari pagi dan sinar jingga matahari senja.  

0 komentar:

Posting Komentar