Erna Dwi Susanti Personal Site

BEKASI SAKIT HATI (part II)

sumber gambar: catatanmy.wordpress.com

Masih ada rasa bangga, ditengah tipu daya itu mereka masih sudi memberi arahan agar kami bisa sampai ke Bekasi Barat. Naik 02 sana, dan tanpa meninggalkan ucapan banyak hanya sekedar terimakasih yang semoga itu juga muncul dari hati terucapkan perlahan. 02 tergapai, meniti dari Bekasi Timur-Bekasi Selatan dan suara bapak Sopir 02 terdengar pelan dan meneduhkan, jauh jika dibanding Sopir bus yang kutemukan dibeberapa jam silam. Hitungannya sudah jam, karena waktu terus berputar dan mengelilingi Bekasi tak cukup hanya dalam hitungan menit dengan angkotan umum. Lanjutnya sang bapak menyadarkanku pada lamunan kebingungan dan tanpa arah, selain hanya melamun dan diam sambil menunggu radar yang dikirimkan oleh agen Neptunus seperti yang dibilang Dee dalam novel Perahu Kertasnya. “Kalau mau ke Cikunir turun di sini terus naik angkot lagi 05 dari arah sana neng”. Oh my God, setelah senyum terkembangkan mengiringi ucapan terimakasih. Kaki ini kembali digerakkan perlahan, ayo paksa tanpa mengeluh. Ingat Rasulullah yang sudah meneladankan semangat perjuangannya. Ingat para sahabat yang gak pernah ngeluh. Tanya untuk kesekian kalinya ke seorang pedagang buah, ditunjukkan pada kami tempat nge-time nya angkot 05 yang ke arah Cikunir. Lama, setara dengan waktu yang kami habiskan untuk menunggu bus ke arah Bekasi tadi pagi. Syukurlah datang juga.

Sebelum naik, memastikan dulu pada sopir akan alamat yang hendak dituju. “Oh, itu tidak dilewati angkot ini neng, paling juga tambah nanti diantarkan sampai ke sana”, jawaban pak Sopir dengan to the point. Oke, saya lebih suka yang demikian. Kami naik, namun sudah hampir habis dan selesai seluruh daerah Cikunir kami telusuri, belum juga tertemu alamat yang hendak kami tuju. Seisi angkot ribut, aku dan Aunty coba kembali menelpon keluarga klien yang hendak kami tuju tersebut. “Kami kurang begitu tahu kalau dengan naik angkutan umum mbak”. Yaa Rabb, tiada lagi yang hendak ditunggu selain petunjuk dariMu.

“Ya sudah pak, kami turun di sini saja”, cukup putus asa kala itu. Bagaimana tidak, uang yang sengaja disuplay di dompet untuk biaya perjalanan sudah tak memungkinkan berjalan. Kebetulan mata peninggalan bangsa kakek ini cukup iseng mengamati sekitar, semakin mantap setelah menatap pos ATM di seberang jalan. “Neng, nanti naik saja angkot ke arah balik lagi sampai gang akhir, dan naik angkot bla bla turun bla bla dan naik lagi sampai tiga kali”. Maaf bapak, saya tidak bisa menerima lagi yang bapak sarankan. Intinya saya ingin turun dan menghentikan langkah ini sebentar dan membiarkan otak ini melayang dalam dunianya sejenak. Ijinka ia berhenti sebentar untuk berputar. Berputar mencari solusi dan menemukan alamat yang ditujukan. Mencari alamat satu kota saja seperti perjalanan pulang ke kampung halaman.

Setelah menyambangi ATM, mampir ke apotik karena ada yang harus dibeli, lanjut jalan dan adzan berkumandang. Ada masjid, bukankah yang pernah di pesankan Imam Hasan Al Banna dalam wasiat pertamanya; laksanakanlah shalat tepat di waktunya dalam keadaan seperti apapun. Dan rampung shalat, hanya menatap hati dengan gemuruh suara dari dalam hati. “Yaa Tuhan, Engkau yang menyekanario ini semua, kuatkanlah dan luruskanlah”. Mengantar Aunty makan sebentar, kasihan beliau baru sembuh dari sakitnya dan tak mungkin di bawah terik yang sangat seperti kala ini aku paksakan dia untuk terus bergerak dan berlarian mencari alamat klien yang tersembunyi.

Selang makan, memutuskan untuk menelpon dan memastikan alamat pastinya pada keluarga klien dan ketemulah alamat lengkap yang kami tunggu-tunggu dan tak lama kemudian, seorang ibu dan bapak penjual gorengan memanggil kami untuk berteduh di emperan kios mereka. Maklumlah seperti apa teriknya mentari siang ini. Bekasi dan mentari.

“Pada mau ke mana, mbak?” dengan logat khas Tegal menanyakan pada kami. Tak ambil berlama dalam kepusingan kujelaskan semuanya perjalanan dari awal sampai akhir. Hingga sang ibu, mencetuskan ide baru naik ojeg saja. Hmm, sedikit ada pilihan, yang awalnya kami hanya memilih untuk menggunakan taksi karena sudah bingung berkisah dan berkelanan dengan angkutan umum. Dipanggilkannya, tawar menawar dan kami diantarkan, dengan harga tinggi tentunya, karena mereka bilang “Ini jauh jalannya”, kami tak tahu apa-apa hanya bisa sepakat dan menganggukan kepala serta mengatakan “iya”.

Di antarkannya kami sampai lokasi dan tidak cukup jauh tapi biarlah, karena kesepakatan pengganti jasa sudah disepakati di awal. Ini mungkin memang rejeki buat mereka yang dititipkan lewat kami, bukankah begitu Aunty? Hehehhe. Yang penting kita sudah sampai. Dijemput klien kami yang kebetulan sedang ambil cuti bersama beberapa hari untuk bertemu dengan keluarganya dan seorang Omnya kami mengucap syukur sudah sampai juga di lokasi.

Tapi sungguh, kelelahan dan emosi yang bergejolak itu menjadi tentram saat keramahan menyambut kunjungan kami, saat kemanisan membersamai obrolah kami, dan saat semua tercurahkan atas keberadaan kami di antara mereka, keluarga yang sangat luar biasa. Dalam segalanya. Rabb, masih ada tangan-tangan hambaMu yang akan terus Engkau tunjukkan untuk melengkapi keberadaan mereka.

Sudah masuk waktu ashar, setelah kami foto bersama pamitan dan diantarkan sampai ke jalan raya. Namun pulangnya tak sesakit ketika berangkat. Hanya butuh menunggu angkot 37 selama satu jam-an dengan berdiri dan duduk di depan mini market, beberapa menit di duduk di dalam angkot sudah sampai di pertigaan. Berarti kami harus ganti angkot 58 tak lama juga sampailah kami ke PGC dan dari PGC naik 01 hanya sekitar 45 menit sampailah kami mengecap rintik hujan gang Mild – Bambu Apus – Jakarta Timur, di rumah perjuangan yang dirindukan selama sakit hati di Bekasi.

Udah, yang lalu biarlah berlalu. Mau sakit hati berkepanjangan dan terus menyalahkan? Akan rugi sendiri nantinya. Hilangkan kepenatan dengan menuliskannya, dan al-ma’tsurat pagi di esok hari akan mengajakmu kembali optimis menatap hari. Insya Allah. Di simpan dan inilah pengalaman, serta jangan pernah lupa untuk mengingat, sebuah silaturahmi memiliki banyak keutamaan. Demikian pula dengan kunjungan ke Bekasi hari ini. ATM dikuras karena edisi tersesat, sesampai di rumah mendengar cerita ketua dan teman perjuangannya yang memiliki tangga perjuangan tak kalah serunya, mulai dari kehabisan bensin di jalan sampai harus mendorong Honda nya, sampai di pom bensin kehabisan premium dan terpaksa order pertamax dengan kantong mahasiswanya, sampai di jalan ban motor bocor, dan beberapa bumbu pelengkap lainnya. Sama juga dengan Rosma yang tak bisa menyeimbangkan motor yang dikendarainya karena kasus serupa ban motor bocor, dan kisah aneh lainnya. Tapi lagi-lagi kalau mau dikeluh kesahkan akan semakin membuat hati gondok dan sakit, sudahlah ini adalah skenario dari Allah, agar kita menikmati akhir-akhir masa praktikum kita. Dan kontan balasan yang kita dapatkan apa? Hitung yuk; mendapat traktiran tempe mendoan sebungkus gedhe dari kasi Rehsos tempat kita magang, Pak Anton pulang membawakan aneka kue basah dan ayam goreng renyahnya, Mbak Iput dan Nyak Rizka datang dengan sekantong besar es kelapa mudanya. Agen Neptunus Ecy sudah mempersiapkan nasi untuk buka puasa kita, Rosma pulang dengan membawa se-pack donat kentangnya, kaset film terbaru bekal nonton kita hari ini. Dan tunggulah, pasti janji Allah tak akan pernah salah. Sebiji kita menanam maka 700 biji kita akan menuai. Nikmati perjuangan hari ini dan panenlah hasilnya di esok hari, lusa ataupun lusanya lusa nanti. Allah tidak akan pernah tidur dan Maha Adil atas apa yang kita usahakan. Dan besok selamat mendampingi adik-adik untuk merefresh diri dan semangat mereka, ke manapun rencana kalian pasti akan ada hikmah dan kebijakan yang bajik dari sang Maha Bijaksana. Jangan lupa share cerita dan pembelajarannya ya.. ^^
  

Jakarta Timur, 16 Nopember 2012 
Ern Hidayatul Ulya

BEKASI SAKIT HATI (part I)

 sumber gambar catatanmy.wordpress.com



Sakit hati? Tentulah, kenapa? Ini ceritanya..... Simak ya

Warna cantik yang masih enggan hilang menerawang sela-sela ventilasi di samping pintu depan, dan juga tak tertinggal dengan cepat menyergap kamar yang biasanya menggoda dan mengajak memejamkan mata setelah tilawah dan al ma’tsurat subuh. Ah, Jakarta memang antara ada dan tiada. Saat tiada sangat enggan aku berhenti berjalan, namun saat tiada sangat enggan juga aku melangkah. Demikian pula dalam hari pertama di Muharam 1434 ini, 15 Nopember 2012. Harusnya memang  sapaan mentari pagi menggiatkan semangatku untuk berbenah kuat dalam motivasi hari ini. Tapi entahlah, berangkat dari niatan yang setengah-setengah mungkin di awalnya.

Ohya kawan, lupa kukenalkan. Di edisi ini kalian bisa menyapaku dengan nama Lifen. Lifen Huifang lengkapnya. Tak perlu diperpanjang, itulah satu nama yang lama kupendam, untuk membenamkan semua darah dari garis keturunan kakek. Panjang cerita yang harus aku lupa.

Mendapatkan tugas kerja untuk kunjungan ke rumah klien, dari satu panti tempatku magang. Sebagaimana tradisi dan karakter yang ada, untuk melengkapi data asesmen sebagai tindak lanjut dari intake, haruslah diadakan kunjungan rumah istilah umumnya disebut home visit. Dampinganku seorang klien rujukan dari Cakung, Jakarta Timur yang sudah berpindah ke Cikunir-Bekasi Barat. Mengenangnya membuat kepala ini semakin nyeri.

Apatah kata yang bisa aku ambigukan untuk menepiskan perasaan lelah, jenuh dan pusing berkepanjangan. Mungkin itu semua berangkat dari satu rasa berat di awal pemberangkatan. Sehingga benarlah bahwa sebuah kesungguhan jarang dilakukan seorang sahabat bernama Sofyan, kecuali dalam kesungguhannya untuk menjaga niat. Dan dalam hadist arba’in sendiri, konsepsi dan jabaran pertama juga tentang niat. Tentulah ia kredit poin terbesar yang harus dikantongi. Luruskan dan kuatkan niat, segalanya hanya karena ibadah tentunya. Termasuk pelaksanaan tugas di tengah tanggal merah sekalipun.

Memang memaksa otak untuk berpikir keras dan terus menerus tanpa menyeimbangkan dengan hak yang pantas diterimanya itu bisa di-clusterkan dalam penganiayaan otak. Tapi kembali di tengah kelabilan yang menghampiri tiba-tiba langsung teringat dengan seorang tokoh utama bernama Thomas atau Tommy dalam novel fenomenalnya Tere Liye yang berjudul Negeri Para Bedebah. Dalam waktu yang sangat limit, sekian jam saja harus memutar otak secara keras untuk menyelamatkan bang Semesta yang dimiliki keluarga Omnya. Hmm, seorang analis dan konsultan keuangan yang digambarkan tajam oleh seorang Bang Darwin (Tere Liye) dalam perjuangan nuansa ketegangan Century. Baca sendiri deh, kisahnya. Ini motivasiku, dan terlebih satu peristiwa ketika aku harus meniti satu demi satu angkot dan mengeluarkan lembar demi lembar kartal dari dalam dompet. Hmmm, tak apa, toh juga uangnya orang tua, hhehhee. Asal segera persiapkan segera proposal pengajuan dana untuk sisa hari di bulan ini. Ummi, Abi, afwan.

Bersama Aunty Tya, melepas Jakarta Timur untuk ke Bekasi Barat dengan bekal buta peta, tapi bukankah salah satu fungsi dikaruniakan mulut adalah untuk bertanya dan otak untuk berpikir menyusun siasat dan rencana. Mengantongi dua rute dari wacana tawaran google map, pertama terbang dari PGC terus langsung ke Bekasi pakai angkot 58 atau ke kampung rambutan dan naik bus warna hijau. Nekad penuh dengan keberanian. Melangkah.

Dari angkutan pertama sudah salah arah, karena edisi bertanya sudah dipakai diwal karena ketidak-PD-an, pak sopir angkot memberikan arah dan petunjuk untuk turun di jembatan kecil menyebrang dan naik angkot apa tadi ya, lupa nomornya dan diminta bilang minta tolong diturunkan di daerah penungguan bus yang ke arah Bekasi. Lancar untuk yang pertama, semoga membawa kebaikan di ritme perjalanan selanjutnya. Menunggu itu memang membosankan dan semua sepakat tentunya. Termasuk saya, lebih dari 30 menitan menunggu bus hijau yang dimaksudkan bapak Sopir tak kunjung datang. Dan syukurlah, ada dari arah depan bertuliskan Bekasi Timur – Cikunir. Hmm kemungkinan tidak akan salah lagi. Tapi ini pertanyaan yang ketiga kalau aku tidak salah hitung, kembali bertanya dan memastikan pada pak Sopir “Bapak, maaf, benar ini turun di Cikunir?”, jawab santai sang bapak “Oh iya-iya, Cikunir kan?”. Sip, syukurlah. Kursi sudah tak memungkinkan untukku dan Aunty bisa duduk bersamaan. Kami memilih kursi paling belakang. Tak lama berselang, sang kondektur datang untuk meminta ongkos perjalanan. Setelah membayar, tak segan aku untuk kembali memastikan. “Pak, kami mau ke daerah Cikunir dengan alamat bla bla bla, di jalan bla bla”, runtun aku mengeja ingatan yang baru aku hafal setelah mengucap kalimat doa keberangkatan tadi. Jawab dengan logat meyakinkan “Oh, itu ya, iya iya nanti dilewati”. “Ok pak, mohon diberi tahu ya pak kalau sudah waktunya kami turun”, kembali dengan gerak meyakinkan sang bapak menganggukan kepala mantap.

Bismillah, tsiqoh (percaya) kami akhirnya. Dan gak ada salahnya untuk menikmati dengan mentafakuri pemandangan sekitar. Indah dan sejuk. Lho, satu kejanggalan muncul, kenapa kami lewatnya di sini, bukannya kalau mau ke Cikunir di jalan yang ada plang besar bertuliskan Cikunir itu? Atau mungkin memang muter dulu baru bisa sampai ke Cikunir. Aku teringat betapa pentingnya husnudzon. Tapi mungkin tidak tepat pada waktunya untuk kali ini. Kenapa? Ini kelanjutannya....

Penumpang satu persatu sudah pada turun dari bus, hanya menyisakan satu orang sopir dan dua kondektur di depan dan aku bersama Aunty di bangku paling belakang. “Aunty, kita ke depan saja yuk, biar mudah koordinasi dan tanya ke bapaknya”, Aunty mengangguk dan kami berjalan ke arah sopir dan kondekturnya. “Neng pade mau ke mane? Kite udeh di terminal akhir”. “Lha pak? Kami mau turun di Cikunir, Bekasi Barat”, “Wah, salah naik bus kalian. Sudah turun sini, naik angkot saja” sedikit kasar dan membentak. Dan Inalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kami diturunkan di Terminal Pusat yang terletak di Bekasi Timur. Sedangkan yang kami tuju adalah Bekasi Barat. Daerah mana lagi itu? Apakah ini memang Ibukota yang pernah diceritakan mereka? Kejam dan segalanya bisa dihalalkan. Kami terjebak, dijebak, disengaja, tak sengaja atau entah apalah namanya. Mau marah, juga percuma, Kamis akankah terbuang sia-sia hanya karena letupan emosi?

.......to be continue | Ern Hidayatul Ulya

Pandangan Tajam

Dari mana datangnya lintah?
Dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta?
Dari mata turun ke hati.

Guru bahasa Indonesia semasa SD dulu sering menugaskan untuk membuat kalimat bersajak. A-A, A-B, atau apa sajalah. Yang penting bermakna dan berpungkasan sama atau senada. Kalimat itu juga masuk sebagai bagiannya, ia bersajak A-B-A-B. Inti yang terkandung di dalamnya adalah sebuah cinta akan berawal ketika ia mengetuk mata terespon oleh syaraf otak, hati juga berkontribusi akhirnya masuk ke hati. Ada bunga, indah dan cinta di sana.

Ah, nampaknya tiada menjadi seorang pakar juga kalau harus menceritakan tentang cinta. Takut banyak yang salah dan takut ada yang kurang tepat. Ada cerita yang hendak disajikan berangkat dari pengalaman pandangan.

Kuliah siang bolong, bukan menjadi pilihan yang ideal bagi semua orang. Termasuk mahasiswa STKS. Dosen belum datang sudah hampir di dua puluh menit pertama, BT tentulah itu yang dirasakan. Kududukkan jasad di bangku koridor mading.

Ya, ada buku bacaan di tangan kurasa sudah cukup untuk menunggu.
“hoeee, ada wacana tentang melarang merokok di kampus ni.”, teriakkan seorang mahasiswa laki-laki pada teman yang duduk jauh di seberang, sembari   berdiri tepat di depanku dan menghadap mading yang berisikan artikel tulisan seorang partner dakwahku, Muhammad Joe Sekigawa.

Pandang balasan acuh yang mereka (teman-temannya) berikan. Atau tak berespon  mungkin yang lebih tepatnya.

“Kita kan, para penggemar rokok, bagaimana kalau artikel ini kita robek saja?”, entah dengan keseriusan atau nada bercanda, sengaja tak kuperhatikan nada bicaranya. Tertatap, lantas muncul bayangan “kasihan” tertuju untuk anak itu.



Tak lama, isyarat dari teman-temannya yang memberi penjelasan pada si dia, kalau ada orang di belakangnya segera ia tangkap. Dengan muka padam karena malu ia kemudian diam. Wah, gak enak hati nampaknya. Yaha, aku tak berucap apa-apa untuk dia, aku tak melempar apapun ke hadapannya, hanya sekilas pandangan yang memperhatikan yang aku berikan. Kasihan. Dan ungkap itulah yang bisa saya manifestasikan.

Kawan, lama wacana itu ingin kami munculkan. Tapi memang terlampau sulit dan berbelit. Mulai dari birokrasi lembaga yang mengatakan bahwasanya merokok di lingkungan kampus sudah menjadi perihal yang melembaga. Bukan Cuma di kalangan mahasiswanya saja bahkan mayoritas dosen maupun pegawainya juga demikian. Jadi akan sangat frontal isu itu kami bawa.

Bukankah Allah tidak tidur, itulah salah satu jalan yang nampaknya diberikan sebagai metode untuk berdakwah. Yang basisnya dikatakan sebagai sekolah kedinasan, tapi banyak orang yang gemar mengisap rokok di area perkuliahan. Tragis, miris, ironis bahkan memalukan. Kedinasan tapi penuh dengan perokokan.

Pandangan yang ingin meminta pertanggung jawaban. Dengan bangga ia menyatakan diri sebagai penggemar rokok dan dengan lantang ingin merobek artikel tersebut. Dan inikah yang disebut keberanian? Ya, sebanding dengan kegiatan kemahasiswaan yang mengadakan turnamen dengan sponsor utama perusahaan rokok.

Gempar mungkin akan terjadi sementara. Dan pandangan tajam itu tidak banyak yang memberikan. Hanya mereka memilih diam serta yang paling tragis datang bersorak-sorai dan kemudian mengucapkan selamat dan memberikan jempol.

Ya Rabb, karuniakanlah kepada kami keikhlasan, tetapkan kami menempuh langkah-langkah kebenaran dan ridhoilah kami untuk memiliki mata-mata tajam kekritisan. Aamiin ya Rabb al amiin..



Bandung, April 
Ern Hidayatul Ulya

PSMP Handayani

Praktikum kedua, edisinya dalam settingan instansi. Menggunakan segala keterampilan untuk penanganan case work, instansi dan pendekatan berbasis institusi. Dengan kelompok super dan luar biasa di sini saatnya menyempurnakan pengabdian. Melanjutkan pembelajaran. Di Jakarta Timur, Bambu Apus.

Bergantian satu, dua rekan menanyakan di mana lokasi praktiku? Itu fokus di bidang apa dan ngurusin apa aja? Banyak pertanyaan yang bertubi, langsung saja mendaratkan langkah ke Humas PSMP Handayani, meminta profil lembaga dan menuliskannya di sini. Semoga bermanfaat ^^


I.                    SEJARAH BERDIRINYA PANTI
Berawal pada tahun 1957, di mana semakin maraknya permasalahan cross boys dan cross girls di masyarakat, mendorong Departemen Sosial mendirikan suatu Camp bernama Pilot Proyekkarang Taruna Marga Guna dengan Surat Keputusan Kepala Jawatan Pekerjaan Sosial Nomor: 3/BUL-DJPS-A/62 yang diresmikan tanggal 21 Desember 1959. Selanjutnya melalui surat Keputusan Menteri Sosial No. HUK 3-2-49/4479 tanggal 30 Oktober 1965 ditetapkan menjadi Pilot Proyek Karang Taruna Loka Marga Guna. Pilot proyek ini terdiri dari Taman Rekreasi Sehat Anak-anak Dwikora, Observation Home untuk anak-anak Tuna Sosial, Camp pendidikan dan latihan kerja untuk anak-anak mogol (drop out), serta Usaha Kesejahteraan Wanita/gadis-gadis desa/LSD.

Pada periode berikutnya dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial No HUK 3-1-48/144 tanggal 7 Oktober 1968, yang menetaokan proyek tersebut menjadi Panti Pendidikan Anak Tuna Wisma Handayani, Camp pendidikan dan Latihan kerja anak-anak mogol, Sanggar Rekreasi Sehat Ade Irma Suryani, Pusat Perkemahan Remaja (termasuk Pramuka) dari Jakarta dan sekitarnya serta Pusat Pendidikan, Kursus-kursus dan Upgrading petugas Direktorat Jenderal Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Masyarakat Departemen Sosial. Melalui Rapat Dinas staf Direktorat Kesejahteraan Anak dan taruna dengan staf Pilot Proyek Taruna Loka Marga Guna tanggal 18 Oktober, 30 Oktober dan 5 November 1971, dihasilkan suatu keputusan bahwa mulai tanggal 1 Desember 1971 kegiatan proyek tersebut menjadi:
1.      Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial Wisma Handayani sebagai kegiatan pokok
2.      Pelayanan umum (community service) sebagai kegiatan suplementer
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 1975 yang salah satunya melahirkan Direktorat Rehabilitasi Sosial di dalam Direktorat Jenderal Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Departemen Sosial, maka nama Panti Pendidikan Anak Tuna Sosial dirubah menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Anak Nakal (PRAN) Wisma Handayani. Tahun 1983 secara resmi PRAN Wisma handayani dialihkan statusnya dari pengolahan Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis Kantor Wilayah Departemen Sosial DKI Jakarta.
Pada tahapan terakhir, melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Nomor: 06/KEP/BRS/IV/1994 tanggal 1 April 1994 dan Surat Keputusan Meneteri Sosial RI Nomor 14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994 tentang pembakuan penamaan Panti/Sasana, Panti Rehabilitasi Anak Nakal Wisma Handayani berubah menjadi Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.
Sejak berdiri tahun 1968 hingga tahun 2011, PSMP Handayani telah menangani lebih dari 4.000 anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN dan ABH).
SEJARAH SLB E HANDAYANI
Sejarah berdirinya Sekolah Luar Biasa bagian E (SLB-E) Handayani tidak dapat dipisahkan dari dinamika perkembangan Program Pelayanan Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani yang menangani permasalahan anak yang terkait dengan penyimpangan perilaku (kenakalan) dan berhadapan dengan hukum. Pada tahun 1976, PRAN Wisma Handayani mengembangkan tugas, pokok, dan fungsinya dengan mendirikan lembaga pendidikan berupa Sekolah Luar Biasa Bagian E (SLB-E). Pendirian SLB-E ini didasari tuntutan kebutuhan pelayanan dan proses rehabilitasi bahwa kondisi anak nakal selain adanya penyimpangan perilaku juga mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup bahkan banyak yang mengalami kesulitan membaca dan menulis.
      Dengan keadaan yang demikian timbul gagasan untuk memenuhi kebutuhan anak di bidang intelektual yaitu dnegna menyelenggarakan sekolah, diawali dengan konsultasi kepada pihak Kantor Wilayah Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Kanwil Depdikbud). Konsultasi tersebut menghasilkan dikeluarkannya ijin operasional sekolah yang harus memenuhi persyaratan, diantaranya andanya dengan pegawai panti yang berlatar belakang pendidikan guru (SPGLB), serta tersedianya murid (anak panti). Ijin operasional dari Pemerintag Daerah, disarankan agar membentuk sebuah Yayasan, maka didirikanlah Yayasan Handayani yang dipimpin oleh Kepala Panti.
      Keadaan SLB-E semakin berkembang baik dalam penyelenggaraannya, sehingga mendapatkan bantuan tenaga guru dari Depdikbud sebanyak 5 orang dan ijin operasional sekolah menjadi berlaku permanen, tanpa perlu pembaharuan lagi. Penyelenggaraan pendidikan mengikuti sistem berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah umum/negeri. Hal ini juga berlaku terhadap ujian dan ijazah yang diberikan menginduk pada sekolah negeri terdekat ke lokasi SLB-E Handayani.
      Oleh karena itu tingkat kemampuan dan pengetahuan siswa panti sejajar dengan anak-anak lainnya yang mendapatkan pendidikan di luar panti. Yang terpenring adalah pasa kelulusan dari SLB-E Handayani, anak-anak bisa melanjutkan pendidikan formal di sekolah umum / negeri sampai jenjang pendidikan yang paling tinggi.
      SLB-E Handayani mengalami perpindahan lokasi berkaitan dengan berubahnya lokasi PRAN Wisma Handayani dari Marga Guna, Jakarta Selatan ke Bambu Apus. Jakarta Timur pada tahun 1987. Sejak berdiri tahun 1976 hingga tahun 2011, SLB-E Handayani telah mendidik lebih dari 2.000 anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terutama penyimpangan terhadap nilai dan norma yang berlaku baik yang masuk ke dalam kategori anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH).
Visi dan Misi
      Visi PSMP Handayani: “Mitra Terbaik dalam Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial anak Nakal dan Anak Berhadapan Hukum (AN/ABH)”
Misi PSMP Handayani:
1.      Memberikan pelayanan sosial secara profesional
2.      Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional
3.      Menjadi Pusat Kajian dan model percontohan penanganan AN/ABH
4.      Mengembangkan jejaring sosial (social networking)
5.      Memberdayakan AN/ABH. Keluarga, Masyarakat dan Orsos/LSM
II.                 Maksud dan Tujuan
Dalam mengemban amanat Undang-undang Dasar 1945 untuk memajukan kesejahteraan umum, Kementrian Sosial berdiri sebagai leading sektor dalam mengembangkan Usaha Kesejahteraan Sosial. Pengembangan tersebut diimplementasikan pada berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada serta mengembangkan kapasitas sosial masyarakat.
            PSMP Handayani adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT) yang menangani permasalahan anak nakal dan anak yang berhadapan dengan hukum (AN/ABH) dengan maksud:
1.      Memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial anak sehingga mereka dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar di masyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif dan berkualitas, serta berakhlak mulia.
2.      Menghilangkan label dan stigma negatif masyarakat terhadap anak yang menghambat tumbuh kembang mereka untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan kehidupan masyarakat.
Maksud tersebut dikembangkan lagi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat tercipta suatu pelayanan yang komprehensif dan berorientasi pada kepentingan penerima manfaat pelayanan.
            Tujuan pelayanan dan rehabilitasi sosial AN/ABH di PSMP Handayani secara umum adalah pulihnya kepribadian, sikap mental dan kemampuan AN/ABH sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam suasana tatanan dan penghidupan sosial keluarga dan lingkungan sosialnya.
III.               Tugas Pokok dan Fungsi
PSMP Handayani adalah salah satu alternatif dari sekian banyak lembaga pemerintah maupun swasta yang memberikan pelayanan sosial kepada anak yang mengalami gangguan perilaku dan emosi. Dalam Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Struktur Organisasi Panti Sosial di Lingkungan Kementrian Sosial ditetapkan bahwa Panti Sosial adalah Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementrian Sosial yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosila, sehari-hari secara fungsional dibina oleh para Direktur Kesejahteraan Sosial Anak terkait sesuai dengan bidang tugasnya.
            Tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifay preventif, kuratif, rehabilitatif, promotif dalam bentuk bimbingan lanjut bagi anak nakal agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.
            Kementrian Sosial RI menjabarkan peran, fungsi dan tugas panti sosial percontohan sebagai berikut:
1.      Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah:
a.       Menggugah, meningkatkan dan megembangkan kesadaran sosial, tanggung jawab
b.      Sosial, prakarsa dan peran serta perorangan, kelompok dan masyarakat
c.       Penyembuhan dan pemulihan sosial
d.      Penyantunan dan penyediaan bantuan sosial
e.       Mengadakan bimbingan lanjut
2.      Sebagai pusat informasi masalah kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah:
a.       Menyiapkan dan menyebarluaskan informasi tentang masalah kesejahteraan sosial
b.      Menyelenggarakan konsultasi sosial bagi masyarakat
3.      Sebagai pusat pengembangan kesejahteraan sosial. Fungsi dan tugasnya adalah:
a.       Mengembangkan kebijakan dan perencanaan sosial
b.      Mengembangkan metode pelayanan kesosialan
4.      Sebagai pusat pendidikan dan pelatihan. Fungsi dan tugasnya adalah:
a.       Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada klien dan pegawai
b.      Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga di luar panti.
IV.               Sasaran Garapan
PSMP Handayani memberikan beberapa alternatif penanganan permasalahan AN/ABH. Pelayanan yang diberikan tidak dapat lepas dari kontribusi keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan terdekat dari AN/ABH. Anak nakal adalah anak (usia 10 s.d 18 tahun) yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama yang merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat (Kemensos RI No.23/HUK/1996). Sementara Anak Berhadapan Hukum (ABH) adalah mereka yang sedang dalam proses penyelidikan polisi, sedang dalam proses pengadilan jaksa penuntut umum, menjalani putusan hakim dan usai menjalani pidana anak.
            Pelayanan yang diberikan tidak dapat lepas dati kontribusi keluarha dan masyarakat sebagai lingkungan terdekat dari AN/ABH. Denagan demikian partisipaso aktif dari keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan bagi keberhasilan proses pelayanan.
Sasaran garapan dalam penanganan AN/ABH meliputi:
1.      AN/ABH berusia 10-15 tahun dan belum memperoleh pendidikan dasar 9 tahun. Bagi mereka diberikan pelayanan pendidikan setaraf SD dan SLTP umum di SLB-E.
2.      AN/ABH berusia 16-18 tahun dan minimal telah menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Bagi mereka diberikan bimbingan keterampilan kerja berupa keterampilan otomotif, las, pendinginan, elektronika, menjahit dan lain sebagainya.
3.      Anak Berhadapan Hukum (ABH) yaitu mereka yang sedang dalam proses penyelidikan polisi, sedang dalam proses pengadilan jaksa penuntut umum, menjalani putusan hakim, dan usai menjalani pidana anak.
4.      Orang tua AN/ABH. Orang tua sebagai lingkungan terdekat anak perlu dipersiapkan supaya mampu memberikan daya dukungan bagi tumbuh  kembangnya potensi anak. Menghadapi permasalahan AN/ABH, orang tua diharapkan dapat menciptakan kondisi yang dapat menghidarkan anak dari perilaku nakal. Untuk mencapai hal itu maka PSMP Handayani melaksanakan kegiatan motivasi dan konsultasi keluarga melalui home visit secara berkala.
5.      Masyarakat. lingkungan masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah timbulnya permasalahan kenakalan anak. Ini dimungkinkan dengan adanya berbagai upaya memberikan kesempatan kepada anak nakal untuk mengaktuliasaikan diri mereka di dalam kehidupan masyarakat. PSMP Handayani telah melakukabn berbagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat termasuk dunia usaha (bengkel-bengkel skala kecil dan menngah) di wilayah DKI Jakarta untuk dapat menerima eks AN/ABH untuk mengikuti program magang. Lebih lanjut diharapkan dapat memberikan lapangan kerja bagi mereka.
6.      Instansi/lembaga yang berwenang menangani kasus ABH (kepolisian, kejaksaan, pengadilan, Bapas/Rutan dan Lapas  Anak) yang memiliki tugas dan kewenangan menangani kasus anak yang berhadapan dengan hukum agar lebih cepat tertangani demi kepentingan terbaik bagi anak.
V.                 Persyaratan Calon Penerima Manfaat
Dampak era globalisasi semakin menambah beban Kementrian Sosial dalam mengentaskan berbagai permasalahan yang terjadi, salah satunya adalah permasalahan AN/ABH. Semakin hari permasalahan ini semakin pelik dan kompleks, ini diakibatkan oleh pergeseran nilai dan fungsi ang seharusnya dilakasanakan oeh keluarga. Permasalahan tersebut berkembanga menjadi tindak kriminal anak/remaja. Menyikapi perubahan tersebut Kementrian Sosial bersama lima kementrian/lembaga negara (Kementrian Sosial. Agama, Pendidikan Nasional, Kesehatan, Hukum dan HAM, serta Kepolisian RI) menandatangani MOU (Memorandum of Understanding) penanganan ABH pada tanggal 15 Desember 2009 yang lalu. Ini dimaksud agar PSMP Handayani sebagai salah satu show window Kementrian Sosial dapat mengambil peran sebagai panti pelayanan profesional yang beroriantasi pada konsep pelayanan prima (service excellence) dan pada akhirnya memiliki daya juang yang tinggi.
Berdasarkan kondisi permasalahan diatas maka AN/ABH yang dapat diberikan pelayan memiliki dua klasifikasi rujukan: (1) rujukan dari keluarga, tokoh masyarakat, Pekerja Sosial Masyarakat, Organisasi Sosial atau Organisasi masyarakat lainnya; dan (2) rujukam dari kepolisian, Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Direktorat Jendral Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM.
Bagi calon penerima pelayana diharapkan dapat memenuhi persayaratan sebagai berikut:
1.      Anak laki-laki/perempuan, umur 10-18 tahun, sehat fisik dan mental.
2.      Dinyatakan nakal/berhadapan dengan hukum atas dasar hasil seleksi atau rujukan Masyarakat/ Kepolisian BAPAS/LAPAS/RUTAN.
3.      Bersedia mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial.
4.      Kesediaan penerima manfaat (klien) dan orang tua untuk mentaati program rehabilitasi sosial.
5.      Jika masih aktif sekolah (kelas V SD s/d kelas III SMP), harus menyertakan raport terakhir/ijazah.
6.      Lulus seleksi.
VI.               Pengoragnisasian dan Penataan Kerja
Pelaksanaan kegiatan operasional pelayanan  dan rehabilitasi sosial AN/ABH di PSMP Handayani berpedoman pada Peraturan Mentri Sosial RI Nomor 106/HUK/2009 tentang Struktur Organisasi Panti Sosial di lingkungan Kementrian Sosial. Struktur organisasi PSMP Handayani terdiri dari Kepala Panti, Ssubbag Tata Usaha, Kasi PAS dan Kasi Rehabilitasi Sosial serta jabatan Fungsional dengan tugas-tugas:
1.      Kepala Panti, tugasnya melaksanakan tugas-tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.      Sub. Bagian Tata Usaha, tugasnya mencakup persiapan sarana dan prasarana pelayanan seperti sarana fisik dan SDM. Tugasnya meliputi penyiapan asrama, kebutuhan fisik (makan) klien, sarana dan prasarana keterampilan.
3.      Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), tugasnya melakukan persiapan perencanaan program dan advokasi baik program yang berkaitan dengan operasional perkantoran maupun program rehabilitasi sosial secara keseluruhan.
4.      Seksi Rehabilitasi Sosial, tugasnya melakukan bimbingan rehabilitasi sosial langsung kepada klien. Bimbingan yang dilaksanakan meliputi bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.
5.      Koordinator Peksos, tugasnya yang mendistribusikan tugas, wewenang, peran dan fungsi sistem pelaksana intervensi pekerja sosial.
6.      Instalasi produksi, tuganya ?????????
VII.            Landasan Hukum
1.      Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
2.      Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
3.      Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindunagan Anak
4.      Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1998 tentang Usaha Kesejahteraan bagi Anak yang mempunyai Masalah.
5.      SKB (Surat Kesepakatan Bersama) 6 Lembaga Pemerintah tanggal 5 Desember 2009.
6.      Keputusan RI No. 106/HUK/2009 tentang Struktur Organisasi PSMP Handayani.
7.      Keputusan Mentri Sosial RI No. 15 A/HUK/2010 tentang Panduan umum Kesejahteraan Anak.
VIII.          Tahapan Pelayanan
Tahapan pelayanan rehabilitasi sosial di PSMP Handayani adalah sebagai berikut:
1.      Pendekatan Awal
Merupakan kegiatan penjangkauan (out reach) penerima manfaat (klien). Pendekatan awal dilakukan dengan langsung mendatangi lokasi dimana permasalah AN/ABH. PSMP handayani bekerjasama dengan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam melakukan seleksi.
2.      Penerimaan
Calon penerima manfaat (klien) yang dinyatakan dapat mengikuti seleksi datang ke PSMP Handayani. Mereka diharuskan mengikuti tes berupa tes wawancara, tes sosiometri, tes fisik, tes buta warna, dan lain sebagainya. Setelah dinyatakan lulus tes maka dilakukan pemeriksaan berkas kelengkapan administrasi. Pengarsipan data klien dilakukan mulai tahap penerimaan. Untuk persyaratan awal masuk panti file penerima manfaat (klien) dihimpun oleh seksi PAS dan selanjutnya diserahkan kepada pekerja sosial yang menangani penerima manfaat (klien). Untuk perkembangan selanjutnya sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab pekerja sosial. Meskipun file penerima manfaat (klien) lengkap ada pada pekerja sosial, tetapi masing-masing bagian seperti seksi Rehsos, Tata Usaha juga melakukan Pengarsipan.
3.      Pengasramaan
Calon penerima manfaat (klien) yang telah lulus seleksi maupun sudah memenuhi kelengkapan persyaratan ditempatkan di asrama. Pengasramaan di PSMP menganut sistem kepengasuhan dimana klien tinggal bersama-sama keluaga asuh sebagai keluarga pengganti.
4.      Orientasi
Pada awal proses pelayanan, penerima manfaat (klien) diwajibkan mengikuti orientasi selam kurang lebih dua minggu. Materi pada saat orientasi bertujuan untuk memberikan pendidikan disiplin kepada klien sehingga mereka dapat menyesuaikan dengan pola pelayanan yang teratur dan sistematis.
5.      Assesmen
Langkah awal alam proses pelayanan adalah kegiatan asesmen dengan tujuan untuk mengungkap dan memehami latar belakang permasalahan klien. Tujuan asesmen adalah untuk dapat menentukan fokus masalah sehingga dapat menentukan jenis pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat (klien).
6.      Perumusan Rencana Intervensi
Berdasarkan hasil asesmen pekerja sosial, maka dirumuskan rencana intervensi pelayanan rehabilitasi untuk masing-masing penerima manfaat (klien). Rencan intervensi diberikan sesuai dengan karakteristik masing-masing penerima manfaat (klien) dan berdasarkan tingkat kedalaman masalah.
7.      Bimbingan Fisik, Mental, Sosial dan Kterampilan
Dalam rangka untuk peningkatan kerangka konsep program pelayanan dan penilaian terhadap keberhasilan program pelayanan panti dan disisi lain sebagai upaya penilaian kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotorik anak didik (klien) sebagai penerima manfaat pelayanan panti. Mutu layana serta optimalisasi program rehabilitasi menjadi tolak ukur dalam penilaian evaluasi mutu sedang kemampuan klien dalam kemandiriam serta kemampuan untuk pengembangan dirinya merupakan evaluasi diri (self evaluation).
8.      Resosialisasi
Pada tahap resosialisasi, PSMP Handayani melakukan sosialisasi terhadap keluarga, masyarakat dan pihak dunia usaha yang dapat memberikan dukungan bagi perkembangan maksimal penerima manfaat (klien). PSMP Handayani telah menjalin kerjasama dengan berbagai bengkel kecil dan menengah di wilayah DKI Jakarta ubntuk dapat menerima klien magang (praktek kerja lapangan). Selanjutnya diharapkan mereka dapat memberikan lapangan kerja bagi eks penerima manfaat (klien).
9.      Penyaluran
Penerima manfaat (klien) yang telah selesai mengikuti program magang maka akan disalurkan. Bentuk penyaluran disesuaikan dengan jenis bimbingan yang diikuti. Bagi penerima manfaat (klien) yang mengikuti program bimbingan pendidikan SLB-E maka disalurkan kepada Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat. Sedngkan untuk klien yang mengikuti bimbingan ketrampilan disalurkan pada bengkel-bengkel yang menerima mereka bekerja.
10.  Bimbingan Lanjutan
Tahap ini merupakan tahap untuk mengadakan evaluasi dan monitoring terhadap eks penerima manfaat (klien). Pihak PSMP Handayani melakukan bimbingan lanjut secara berkala dalam waktu satu tahun setelah penerima manfaat (klien) disalurkan. Tujuannya adalah memantau perkembangan penerima manfaat (klien) baik di lingkungan rumah maupun lingkungan tempat kerja. PSMP Handayani harus mampu memaksimalkan kondisi lingkungan yang dapat menjaga konsistensi perubahan prilaku.
11.  Terminasi
Setelah masa bimbingan lanjut selama satu tahun dan dinilai bahwa eks penerima manfaat (klien) sudah memiliki kemampuan untuk mandiri maka dilakukan terminasi.
IX.               Daya Tampung
Mengacu pada Peraturean Menteri Sosial RI Nomor 160/HUK/2009 tentang Struktuir Organisasi Panti Sosial di Lingkungan Kementerian Sosial sebagi Panti dengan eselonering III tipe A., kapasitas tampung ditetapkan sebanyak 100 penerima manfaat (klien). Kapasitas tersebut terisi dari pelayanan yang sifatnya reguler danpelayanan pengembangan.
Pelayanan reguler merupakan bentuk pelayanan yang diberikan kepada AN/ABH rujukan dari masyarakat dan BAPAS/LAPAS dalam suatu periode tertentu sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
Pelayanan pengembangan sifatnya lebih multisektoral yang meliputi pelayanan dan rehabilitasi luar panti bagi AN/ABH dengan kesus-kasus tertentu. Pelayanan ini dilakukan bekerja sama dengan berbagai orsos/ormas/lembaga pemerintah yang ada, tujuannya dapat memeberikan respon positif terhadap permasalahan AN/ABH masyarakat.
X.                  Sarana dan Prasarana
Sebagai panti percontohan, PSMP Handayani telah dilengkapi berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk mendukung proses pelayanan. Berbagai upaya pemenahan sarana dan prasaran terus dilakukan agar pelayanan yang diberikan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.
Beberapa sarana dan prasarana  yang ada tersebut adalah (1) sarana gedung yang cukup representatif; (2) sarana peralatan yang sesuai dengan tuntutan jaman; dan (3) kondisi lingkungan yang cukup nyaman, asri dan jauh dari kebisingan.
XI.               Personalia dan Pengembangan SDM
Sumber daya manusia merupakan penggerak utama suatu program. Dalam melaksanakan pelayanan sosial terhadap anak/remaja nakal, diperlukan personalia dengan kualitas yang cukup handal.
XII.             Pengembangan SDM
1.      Memfasilitasi pegawai untuk melanjutkan studi melalu program Tugas Belajar maupun program Ijin Belajar sesuai dengan profesi dan bidang kerjanya, di dalam maupun di luar negeri.
2.      Memberikan kesempatan pegawai untuk dapat mengikuti pelatihan pengembangan dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung.
3.      Mengikutsertakan pegawai dalam seminar dan workship/lokakarya baik yang diselenggaran oleh internal kementrian maupun lembaga lain
4.      Studi banding ke instansi/UPT lain di lingkungan Kementrian Sosial RI maupun Pemda.
XIII.          Jaringan Kerja
Dalam mengembangkan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi AN/ABH, PSMP Handayani perlu mengembangkan jaringan kerja baik dengan kemasyarakatan. Sejalan dengan konsep multi layanan yang harus dilaksanakan jaringan kerja menjadi sangat penting. ini berkaitan dengan sasaran garapan yang akan diberikan pelayanan.
Jaringan kerja yang telah dikembangkan oleh PSMP Handayani dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya adalah:
1.      Instansi pemerintah lain seperti dengan Ditjen Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM dalam pembinaan anak yang berhadapan dengan hukum (ABH). Selain itu juga berkoordinasi dengan kementrian Pendidikan Nasional (Direktorat Pendidikan Dasar) dalam kabupaten/kotamadya dalam kegiatan penjangkauan penerima manfaat (klien).
2.      Dinas Sosial Wilayah Provinsi maupun kabupaten.kotamadya dalam kegiatan penjangkauan penerima manfaat (klien)
3.      Orsos/Ormas/LSM, dewan kelurahan, sanggar kegiatan belajar dalam kegiatan penjangkauan penerima manfaat (klien).
4.      Dunia usaha yang terdiri dari perusahaan-perusahaan bengkel-bengkel yang bergerak di bidang service AC, service motor, dan las dalam kegiatan praktik belajar kerja (PBK) atau magang penerima manfaat (klien).
5.      Kalangan Akademisi seperti Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, UPI Bandung, STKS Bandung, IISP Jakarta, Universitas Persada YAI dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa.
XIV.          Penyaluran Penerima Manfaat (Klien)
Setekah melalui serangkaian proses pembinaan fisik, mental dan keterampilan penerima manfaat (klien) akan disalurkan. Untik dapat disalurkan, sebelumnya penerima manfaat (klien) mengikuti Program Belajar Kerja (PBK) di perusahaan/bengkel yang sesuai dengan bidang keterampilan yang diperoleh. Selama menjalani proses pembinaan dan mengikuti PBK, pekerja sosial melakukan pemantauan terhadap perkembangan penerima manfaat (klien). Hasil pemantauan tersebut yang akan menjadi dasar bagi penentuan penyaluran.
      Penerima manfaat (klien) yang telah selesai masa pembinaan dapat disalurkan pada perusahaan/bengkel kerja, sekolah-sekolah formal untuk melanjutkan jenjang pendidikan klien, organisasi sosial/yayaysan untuk mendapatkan pelayanan lanjutan, dan orangtua.
XV.             Indikator Kinerja
1.      Semakin meningkatnya persentase AN/ABH yang mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial
2.      Semkin meningkatnya jumlah orsos/LSM/dunia usaha atau masyarakat yang terlibat dalam upaya pelayanan AN/ABH.
3.      Terbangunnya jaringan kerja yang dibentukan pemerintah dan masyarakat.