Alkisah, ada seekor katak yang berulang-ulang melompatkan dirinya ke atas. Dengan harapan ia akan bisa keluar dari kungkungan, ia akan bisa menggeser posisi tempurung yang membatasi ruang geraknya. Sekali, dua kali ia mencoba tak juga kunjung bebas,ia hanya meratap dalam kesedihannya dan mengatakan, “ah, sepertinya percuma, aku hanya akan trpenjara di tempurung ini”. Wajar ketika sang katak berpikir demikian, karena memang tidak salah. Berulang-ulang ia sudah mencoba , tapi tetep gagal dan belum juga berubah. Masih terpenjara. Dan katakpun ada pada posisi menyerah.
Alkisah yang kedua, sebatang pohon yang ada di tepi lapangan basket satu SMA terpaksa harus dipotong, karena keberadaan pohon tersebut cukup menganggu jalannya satu pertandingan basket tingkat karisidenan. Gergajipun sudah siap untuk digunakan, tertebang dan sudah, pohon tersebut hanya dalam hitungan menit sudah berganti tinggal sebuah cerita “di sini dulu pernah ada pohon X yang indah, sejuk, nyaman dan teduhlah. Tapi sayang pohon tersebut ditebang karena mengganggu jalannya pertandingan basket”, ia hanya akan tinggal cerita. Dan cerita itupun akan berlangsung dalam rentan waktu yang tidak lama. Lama dan lama, ia akan tergusur.
Here I am, and I’m different with them.
Kebanggaan itu mungkin akan muncul dari diri kita. Ya, ada aku di sini, yang jelas-jelas berbeda dengan mereka. Oke kawan, anda benar. Katak, hanyalah sesosok hewan kecil yang diciptakan tanpa adanya akal untuk berpikir. Ia hanya akan menggunakan insting dan nalurinya untuk bergerak. Dan kita, punya akal itu. So, merupakan wujud penurunan derajat kalau putus asa dan menyerah ada pada diri seorang manusia. Ada satu pembelajaran di sini.
Jangan hentikan langkahmu dulu kawan. Masih ada stasiun di depan. Kita masih punya ladang pembelajaran baru. Ya, ada satu sajian tentang pohon yang tertebang di suatu tepi lapangan basket. Pohon, ia adalah makhluk hidup, pasti dia juga punya kemampuan untuk bergerak. Namun ia tidak bisa berjalan danmobilisasi dalam konteks yang luas. Hanya bergerak ke atas dan merambat ke bawah. Ini yang dia miliki. Wajar jua ketika ada satu hambatan dan ketidak sesuaian antara posisi yang ia miliki dengan kehidupan di sekitar dan ketika ia sudah tidak dibutuhkan maka ia akan dengan mudah untuk disingkirkan. Dengan ditebang sekalipun itu mudah dan sangat mudah. Masih ada konteks yang beda. Kita berbeda dari ia, kita masih bisa bergerak dan lari sekalipun ketika kita dalam bahaya, dalam ancaman dan dalam ketidak sesuaian dengan keadaan. Carilah tempat lain yang sesuai dengan kita, sesuai untuk membuat kita tumbuh menjulang dengan prestasi.
Berangkat dari perbedaan yang memang lebih condong pada keistimewaan yang ada tersebut. Insan yang berakal dan memiliki mobilitas yang tinggi ini sepertinya tidak betah dengan kondisi yang monoton. Ia akan bergerak dan berbuat, ia akan berusaha dan mungkin juga akan sering terjatuh dari usaha tersebut. Banyak kendala karena bergerak, dan pasti, akan ada masalah. Masalah tidak untuk ditakuti, karena ia yang akan menjadi tempaan bagi kita agar bisa lebih terbentuk. Masalah akan menjadi alat agar kita menjadi lebih dewasa.
Dunia sudah memberikan tantangannya. Detik ini adalah rangkaian hari peringatan HIV dan AIDS sedunia. Ini bukan hari raya, namun satu momen cambukan, cermin pecah dan gambaran suramnya masa silam. Rusaknya keadaan karena perilaku yang tidak bersusila. Ia hadir sebagai cambuk pembelajaran, maka belajarlah darinya.!!! Ia hadir sebagai cermin pecah dan terbelah, maka gantilah!! Dan ia hadir dengan cerita suram di masa silamnya. Maka bersihkanlah dan jernihkanlah!!!
Variatif! Itulah jawaban singkat yang akan bisa diberikan atas pertanyaan, lantas langkah seperti apa dan yang gimana yang bisa kita lakukan?. Silahkan bergeraklah kawan, silahkan kalian lakukan perbaikan, jika memang dari analisa yang panjang satu langkah X bisa dikatakan tepat maka lakukanlah itu, namun jika memang ada sedikit celah untuk ketidak tepatannya maka beralihlah segera ke tindakan yang lain. HIV dan AIDS tidak sudah bukan hal yang sepele, jumlah perkembangannya sangat melaju cepat dari tahun ke tahun. ARV itu bukan obat atas HIV dan AIDS, ia hanya sebagai rekan untuk memperpanjang harapan hidup penderita. Kalaupun ada aksi tebar kondom sebagai salah satu peringatan hari HIV dan AIDS, benarkah ia sebagai langkah yang tepat? Bukankah ia sebagai legalitas dari kita selaku masyarakat untuk menghalalkan seks bebas? Kalaupun ingin menyelamatkan dengan sebenarnya bergeraklah sekarang juga. Bergerak dengan totalitas dan dengan analisa yang matang. Say No To Free sex!!!
Jangan setengah-setengah. Indonesia dan dunia butuh totalitas. Buktikan kalau kamu memang masih beda!