Erna Dwi Susanti Personal Site

Ya Sudah, Kamu Saja

"Alkisah, ada seorang kyai dan seorang santri. Sang kyai mengajak santri tersebut ke satu ladang ilalang, tak jauh dari pesantren. Berkatalah sang kyai pada santrinya, "Wahai muridku ambillah tangkai ilalang terbesar di ladang itu. Dengan satu syarat, berjalanlah ke depan dan jangan pernah kembali ke belakang". Dijawabnya dengan santun oleh sang murid, "Baik, kyai. Insya Allah saya siap menjalankannya".

Waktu berselang, sang murid menapaka langkah demi langkah. Mengamati satu, dua, tiga dan hampir semua ilalang di sekitarnya. Sesekali muncullah pertimbangan dalam pikirannya, “Sepertinya ini ilalang yang paling besar?”, tanyanya pada diri sendiri, “Tapi kemungkinan di depan sana masih ada banyak ilalang yg lebih besar batangnya, nanti sajalah”, kembali iya lanjutkan langkahnya.

Tetiba di batas akhir ladang, tak kunjung diketemukan batang ilalang yg melebihi temuan sebelumnya. “Wah, harusnya ilalang yang di sana yang harus aku petik”, berniat ia kembali ke
belakang, tapi teringat pesan kyai. “Jangan pernah kembali ke belakang”.

Sumber Gambar : adisisme.wordpress.com

Dengan terpaksa dipetiklah ilalang ala kadarnya. Menghadaplah ia pada kyai. Setelah menerima, bertanyalah kyai pada santrinya, “Wahai muridku, apakah kamu yakin ini adalah ilalang terbesar yang ada di ladang itu?”, tanya sang kyai. Dengan menunduk santri menjawab, “Tidak wahai kyai, ilalang terbesar ada di tengah ladang, saya tahu setelah sampai di batas akhir. Karena saya tak bisa kembali ke belakang jadi ‘terpaksa’ saya memilih yang ini”.

Tersenyumlah sang kyai dan membalas dengan jawaban, “Demikian itulah perihal yang sama bagimu dalam memilih jodoh”.

#to be continue dulu ya guys, tunggu kisah lanjutannya. Inti dari cerita tersebut adalah jangan salah mempertimbangkan, jangan merasa mampu berkeputusan tanpa menghadirkan campur tangan Tuhan. Karena keseringan, panjangnya angan-angan menjadikan kita berharap ketinggian, mudah menolak yang sekarang ada, menganggapnya kurang sempurna, masih banyak celanya dan mengira di kesempatan mendatang masih banyak yg jauh lebih sempurna. Tapi akhirnya, yang datang kemudian tidak lebih baik dari sebelumnya. Terpaksa kita menjawab; “Ya sudahlah dengan kamu saja”. Oh, No!

Erna Dwi Susanti,
Agustus 2014

Percaya bahwa Jodoh Itu Ada

Sumber Gambar : sgcmalahayati.wordpress.com
Karena iman yang sama, hati yang senada, akan dipertemukan akan disatukan. Inget lho ya, kita bukan sandal yang jodohnya bisa tertukar.

Satu lagi pesennya; sekarang lagi musim kemarau, banyak debu yang beterbangan. Dijaga, jangan sampai hatinya jadi tempat persinggahan. Gak nyaman, tiap hari ada penjajah yang merusak ketaatan.

Sambil nge-teh atau ngopi; mari kita mengingat lagi, "Terjaga itu didefinisikan menjaga dan dijaga". Kalau hari ini kita terjaga kita akan bertemu juga dengan yang terjaga. Janji Allah itu tidak untuk diragukan.

Nambah lagi, ini terakhir deh ^^v -- yang ingin disegerakan, jangan maksa-maksa ke Allah; memang "Menikah itu ibadah, tapi belum menikah juga ibadah koq" . Catatan kajian pra nikahnya masih ada kan? Ada tulisannya "Semua indah pada waktunya".

***

Erna Dwi Susanti,
Agustus 2014

Menyoal Jilboobs

Sumber Gambar : www.bringislam.web.id
Redaksi bahasa plesetan, itu komentar awal yang saya kemukakan setelah kepo tentang apa sebenarnya 'Jilboobs'. Jilbab adalah bahasa yang melatari keplesetan istilah itu. Fenomena perempuan muslim yang menyematkan kerudung di kepala, sebagai pelengkap busana press body-nya. Minimalis membalut tubuh mereka, modis tujuan akhir yang mungkin ingin disebutnya.

Jika bicara trend, marilah, saya akan mengikutinya. Terinspirasi dg trend hijaber yg tampak cantik dan elegan dg paduan warna warni kontras tapi tampak segar dan serasi, di mana hijaber mencoba mengenalkan pada zaman modernisasi, bahwa islam punya aturan syar'i dalam bertata diri. Mereka kenakan aneka style dg ciri pakaian longgar. Itu hijaber.

Trend baru kembali mulai membumi, jilboobs. Pakaian ketat, lekat dan tampak begitu merapat. Mengenakan kerudung dengan style pakaian atas dan bawah berupa lilitan. Bukan tutupan. Kesan seksi, cantik diri atau apalah yang mungkin sedang dicari. Lagi-lagi ini karena memang sedang trandy.

"Gimana pendapatmu?", sering ada yang menanya begitu. Yang harus dijawab; dosa atau tidak itu wewenang Tuhan, kita hanya mengingatkan seperti Rasul telah berpesan, "Aurat wanita itu seluruh tubuh kecuali ini dan ini", beliau menunjukkan muka dan telapak tangan. Selain itu penutup aurat bersyarat longgar, tidak transparan dan tidak menyerupai laki-laki. Kurang lebih itulah syarat yang harus kita ingatkan pada mereka, saudari-saudari kita.

Mungkin mereka seperti itu karena belum tahu. Jilboobs adalah fenomena menyimpang yang harus bersama-sama kita luruskan. Tidak untuk dikutuki tapi untuk diajak berbenah dan benar dalam mengikuti.

Erna Dwi Susanti,
Agustus 2014

Perempuan Sadar Kemampuan

Sumber Gambar : 4antum.wordpress.com
"Koq bawa obeng?", ada tetangga yang nanya.

"Iya, buat pasang gantungan baju, mau diganti sama yang baru", jawab sekenanya dengan otak sambil mikir, -gimana cara masangnya?-

Nyaris setengah jam, pemasangan tak juga kunjung usai. Tak ada tandanya ia akan terpasang sempurna. #TidakMenyerah

Ba'da maghrib, dicoba lagi dan tak bisa lagi. Ya, sudahlah, tapi saya belum mau menyerah.

Memang gak ada buku panduan pokoknya "Mana yang harus dihandle laki-laki dan mana yang bisa dihandle perempuan. Sebagai seorang perempuan, saya mengajak saudari-saudari untuk membaguskan citra diri.

Membaguskan?

Ya, benar. Membaguskan. Kita lakukan yang memang kita bisa, jadi tidak muncul citra "manja". Dan jangan memaksakan apa yang memang tidak kita bisa sehingga hilanglah kodrat kelembutan kita selaku seorang wanita.

Paham dan sadar dengan skala kemampuan kita. #Sebentar2 untuk memasang gantungan pakaian ini saya belum merasa tidak mampu. Tak cobane meneh

Anarkis Redefinisional

Sumber Gambar : princessamanda.net
Seorang Pemikir Anarkis, Alexander Berkman dalam buku What is Communist Anarchist, 1929, pernah menyampaikan:

Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan

#Melawan (yang) #KitaLupa

Erna Dwi Susanti,
Agustus 2014

Ibu Hebat

Sumber Gambar : www.kidnesia.com


"Nak, dengarkan ibu. Balon terbang bukan karena keindahan warnanya, tapi karena tekanan udara di dalamnya. Kalau kamu sedang merasa tertekan, berbesar hatilah. Mungkin Allah sedang menaikkanmu, sedang meninggikan rahman dan rahimNya padamu. Selalu berbaik sangkalah pada Tuhan, bukankah di sini, di dadamu ini telah bersemayam keyakinan bahwa Tuhan sesuai persangkaan hambaNya?"

Ya, semakin saya sepakati bahwa di balik anak yang kuat ada seorang Ibu yang hebat.

Erna Dwi Susanti,
Agustus 2014

Ini Panggung Pentas untukmu, Tuan!

Sumber Gambar : liberty-aries.blogspot.com
Di speedometer; bensin belum kasih tanda peringatan, itu artinya masih cukuplah untuk pulang-pergi dari kostan ke tempat kerja sampai dua hari ke depan. Tapi sayang kalau dilewatkan, itu yang aku pikirkan pas melihat pom bensin hampir tiga hari ini penuh dengan antrian. #Oalah, katanya BBM mau dinaikkan, ya pantesan.

Dan sore ini, terlaksana sudah. Seragam belum diganti, cuma mampir kostan buat ganti sandal berangkat lagi, ke pom bensin.

Pom bensin pertama, dari jarak masih sekitar 200 meter sudah kelihatan antrian panjang, acak-acakan dan 'serius' buat pusing melihatnya. Putar balik - nyari pom bensin lainnya. Untunglah ada yang lebih bersahabat antriannya. Banyaknya sama, tapi ini lebih teratur dan cukup enak di pandang mata. Aku turun dan membiarkan temenku berkutat dalam antrian.

Entah apa sebabnya, kaki ini paling kompak sama otak dan mata. Mata melihat deretan jerigen besar di sisi barat pom bensin (bersebrang sisi dengan antrian pengemudi motor dan mobil). Otak membuat prediksi dan kaki, dengan riang ia menawarkan diri - melangkah menemui mereka dan perbincanganpun terjadi di sana. Ya, antara saya dan puluhan pembeli BBM dalam jerigen.

Awalnya aku hanya menghampiri seorang dari mereka, tapi orang-orang di sekitar (mungkin mengira aku adalah orang yang punya kekuasaan - uniform effect) ikut nimbrung dan menyampaikan aspirasi, keluhan dan cerita-ceritanya. Ada yang gundah, pasrah dan tak sedikit yang marah.

Ya, kalau pagi hari aku hanya tau cerita dari koran, maka sore ini aku adalah pihak pemenang yang tidak diperbudak oleh koran. Aku menemukan sendiri beritanya. Aku mendapatkan sendiri sebuah fakta. Dan kembali, otak ini semakin liar dengan celotehan kasarnya, - jika dan hanya jika ini bahasa permainan politikmu tuan, maka ke sinilah! Akan kubuatkan panggung pementasan bernama "Indonesia-Indonesiaan".

Erna Dwi Susanti,

Agustus 2014