Erna Dwi Susanti Personal Site

Home » » Senyum Gak Ya?

Senyum Gak Ya?

Satu sore, masih bertempat di lokasi yang sama seperti senja-senja biasanya, di koridor timur laut masjid STKS tercinta seorang akhwat dengan penghayatan penuhnya bercerita

“Segalanya akan dipergulirkan, kalimat seperti yang demikian itulah yang sering kugunakan untuk menepis kesangsian dan kegelisahan jiwa. Merasa ada beberapa hal yang salah sampai seorang saudara berlaku beda dan sangat beda. Jangankan untuk menegur, untuk mendapatinya duluan mengucapkan salam saja tidak pernah. Sebenarnya apa yang menjadi salahku dan apa yang harus aku lakukan ya mbak? Kalau mau kembali mengenang beberapa tahun yang lalu di mana saat itu posisiku masih sebagai seorang ketua sebuah divisi semua koordinasi melewati aku, dan setiap ada permasalahan di akhwat semuanya lewat aku. Tapi koq sekarang sudah tidak pernah lagi, jangankan itu sebuah komunikasi saat aku bersama dengan teman saja misalkan berdua yang tanya sebelumnya adalah aku tapi setiap jawaban selalu tertuju dan terarah pada temanku yang tidak ada kaitannya dengan bahasan yang aku tanyakan. BT dan lelah sebenarnya yang aku rasakan, tapi apa pantas aku harus demikian? Tidak kan? Jadi aku harus bagaiman Na’?
Sesak bukan karena bingung apa yang harus aku jawab, tapi karena kepala ini terasa sesak menerima kata demi kata darinya yang tak kunjung berhenti.

“Sist, buktikan kalau kamu memang tidak sepantasnya didiamkan, diacuhkan atau apalah kata sesuai yang bisa menggambarkan apa yang kamu rasakan ini. Caranya dengan apa? Orang lain tidak akan mudah untuk percaya apa yang kamu ucapkan, demikian pula beliau yang tidak akan mudah untuk mempercayai kamu meskipun seisi kampus kamu tempelin selebaran pernyataan sikap (emang kampanye hehehe). Tanyakan ada apa sebenarnya yang terjadi melalui jalur tabayyun, karena tidak akan mungkin seorang saudara mendiamkan saudaranya selama sekian waktu kalau tanpa ada alasan dan sebab yang jelas. Klarifikasikan. Selanjutnya setiap kejadian adalah hikmah dan maka berhikmahlah, karena tampaknya kita memang masih sangat jauh dari kata sempurna, ayo perbaiki hubungan dengan semuanya. Habluminallah dan habluminannas juga. Kalau segala jalur sudah kamu maksimalkan tapi tetap tidak membawa dampak apapun kenali lagi ‘bahwa sejatinya tidak semua orang bisa dan mau menyukai kita, dan gak pantas kita memaksa orang lain agar suka’. Kalaupun satu cinta dari seorang hamba sudah berkurang, lengkapilah dengan pendekatan pada pemiliknya, insya Allah dengan penuh keniscayaan kau akan menemukan sebuah arti saudara dan penjagaannya serta penghormatannya melebihi segalanya.


Untuk sebuah jawaban atas dilema yang engkau rasakan beberapa jam yang lalu ya ukhty.....
Love U coz Allah, jadi jangan pernah ragu untuk tetap tersenyum meskipun bongkahan pahitan yang terlempar padamu. Syurga-syurga-syurga, ada balasan bagi orang yang indah. Jadilah yang terindah ^^

Bandung, 06 Juni 2012
Ern Hidayatul Ulya

0 komentar:

Posting Komentar