Satu sore, masih bertempat di lokasi yang sama seperti
senja-senja biasanya, di koridor timur laut masjid STKS tercinta seorang
akhwat dengan penghayatan penuhnya bercerita
“Segalanya
akan dipergulirkan, kalimat seperti yang demikian itulah yang sering
kugunakan untuk menepis kesangsian dan kegelisahan jiwa. Merasa ada
beberapa hal yang salah sampai seorang saudara berlaku beda dan sangat
beda. Jangankan untuk menegur, untuk mendapatinya duluan mengucapkan
salam saja tidak pernah. Sebenarnya apa yang menjadi salahku dan apa
yang harus aku lakukan ya mbak? Kalau mau kembali mengenang beberapa
tahun yang lalu di mana saat itu posisiku masih sebagai seorang ketua
sebuah divisi semua koordinasi melewati aku, dan setiap ada permasalahan
di akhwat semuanya lewat aku. Tapi koq sekarang sudah tidak pernah
lagi, jangankan itu sebuah komunikasi saat aku bersama dengan teman saja
misalkan berdua yang tanya sebelumnya adalah aku tapi setiap jawaban
selalu tertuju dan terarah pada temanku yang tidak ada kaitannya dengan
bahasan yang aku tanyakan. BT dan lelah sebenarnya yang aku rasakan,
tapi apa pantas aku harus demikian? Tidak kan? Jadi aku harus bagaiman
Na’?
Sesak bukan karena bingung apa yang harus aku jawab, tapi
karena kepala ini terasa sesak menerima kata demi kata darinya yang tak
kunjung berhenti.
“Sist, buktikan kalau kamu memang tidak
sepantasnya didiamkan, diacuhkan atau apalah kata sesuai yang bisa
menggambarkan apa yang kamu rasakan ini. Caranya dengan apa? Orang lain
tidak akan mudah untuk percaya apa yang kamu ucapkan, demikian pula
beliau yang tidak akan mudah untuk mempercayai kamu meskipun seisi
kampus kamu tempelin selebaran pernyataan sikap (emang kampanye hehehe).
Tanyakan ada apa sebenarnya yang terjadi melalui jalur tabayyun, karena
tidak akan mungkin seorang saudara mendiamkan saudaranya selama sekian
waktu kalau tanpa ada alasan dan sebab yang jelas. Klarifikasikan.
Selanjutnya setiap kejadian adalah hikmah dan maka berhikmahlah, karena
tampaknya kita memang masih sangat jauh dari kata sempurna, ayo perbaiki
hubungan dengan semuanya. Habluminallah dan habluminannas juga. Kalau
segala jalur sudah kamu maksimalkan tapi tetap tidak membawa dampak
apapun kenali lagi ‘bahwa sejatinya tidak semua orang bisa dan mau
menyukai kita, dan gak pantas kita memaksa orang lain agar suka’.
Kalaupun satu cinta dari seorang hamba sudah berkurang, lengkapilah
dengan pendekatan pada pemiliknya, insya Allah dengan penuh keniscayaan
kau akan menemukan sebuah arti saudara dan penjagaannya serta
penghormatannya melebihi segalanya.
Untuk sebuah jawaban atas dilema yang engkau rasakan beberapa jam yang lalu ya ukhty.....
Love
U coz Allah, jadi jangan pernah ragu untuk tetap tersenyum meskipun
bongkahan pahitan yang terlempar padamu. Syurga-syurga-syurga, ada
balasan bagi orang yang indah. Jadilah yang terindah ^^
Bandung, 06 Juni 2012
Ern Hidayatul Ulya
0 komentar:
Posting Komentar