Erna Dwi Susanti Personal Site

Tunduknya Nyawa-nyawa

Tuan bilang manusia hanya menjalankan?

Ohh bukan,
maaf tuan,
Pendapat saya belum dapat tergadaikan,

Berbekallah manusia dicipta,
kuatlah ia jika terasah potensinya,
melemahlah ia jika sekedar berjalan tanpa paham aras pijakan,
Tak berpendirian.

Berjalanlah ia karana wajib,
Namun ada ketetapan untuk ia mengusaha,
Menentukan benang kemana harus dipintal,

Nyawa-nyawa,
ada ketundukannya,
ada ketetapannya,
ada perjalanannya.

Barakallah -

Madiun, 25 Februari 2016 - Ern


Mie Cup dan Strategi Pendekatan

Pihak terlibat mungkin akan senyam senyum membacanya. Bersetting tempat di gerbong sebuah kereta api, trayek Surabaya - Jember. Pada sebuah perjalanan agenda jaulah daerah dan rapat rutin satu organisasi wilayah di Jawa Timur.

L : "Kayaknya kita pesen mie cup enak deh ukh", ajak seorang ketua Bidang Perempuan.
M : "Iya mba, yuk", seorang staf kaderisasi menimpali dengan kesepakatan.
E : "Okey, saya panggil masnya ya mba",  persetujuan seorang staf humas.

*** mas pramusajinya datang ***

L : "Mas ayam bawangnya 1, bakso 2 ya". Gak lama, yang dipesan di antar.
E : "Makasih. Sudah lama ya mas kerja di sini", (kebiasaan #ngepo mulai dijalankan).
P : "Lumayan mba, hampir 1 tahunan", menjawab dengan ramah.
E: "Ini mas nya lagi sibuk ndak?" (Pertanyaan basa basi lagi)
P : "Sudah waktunya istirahat kok mba", sahutnya

Kursi di gerbang beberapa ada yang kosong,

E : "Kalau masnya luang dan ga keberatan, ngobrol-ngobrol sebentar boleh?",

Terjadilah perbincangan menarik, mulai dari sistem kerja, pembagian tugas, jam kerja, rekruitmen kerja sampai cerita pengalaman mas pramusaji beserta mimpi-mimpi yang pernah ia punya sebelumnya. Menarik. Menginspirasi.

Well, bukan niat pendekatan untuk bagaimana dan dalam rangka apa. Tapi pendekatan yang semata-mata ingin berbagi hikmah dan menggali cerita dari orang lain, dari orang baru di sekitar kita. Karena kita tak pernah tau, bait cerita manakah yang akan memberi inspirasi dan menyumbang kontribusi bagi perbaikan dan upgrading diri. Maka terus dan teruslah membuka pikiran, sikap dan percakapan, banyak orang yang hadir dan punya arti di sekitaran kita.

And, did you know guys? Terkadang atau bahkan keseringan ada banyak orang yang butuh telinga untuk mendengar. Setidaknya, saat kaki melangkah keberkahan akan terus menyerta. Bukankah keberkahan adalah kebaikan yang tersambung dengan kebaikan?

[to be continue .....]

Serial #AngkringanPeksos

____________
Regard :

Erna Dwi Susanti | Madiun, 17 Februari 2016 |


PROFESI DAN AKSELERASI KEDEWASAAN

Saya sampaikan di awal tulisan ini bahwa pekerja sosial bukanlah manusia langitan, bukan juga malaikat yang tanpa celah yang hanya berkapasitas untuk taat. Pekerja sosial profesional hanyalah manusia biasa, sebagaimana standar keumumannya, ia bakal bermasalah juga. Tentulah, setiap jiwa yang berharap akan punya masalah, ketimpangan antara harapan dan kenyataan, bukankah itu masalah.

Double Problem
______________

Selaku individu, ia memiliki masalah. Selaku seorang profesional ia memiliki tanggungjawab profesi, membantu individu/keluarga/masyarakat menyelesaikan masalah dan membantu mengembalikan keberfungsian sosial. Dua kondisi yang memang harus disikapi.

Namun atas keikhlasan ikrar profesi, mereka (para pekerja sosial profesional) ringan untuk memberikan kerja dan bhakti. Helping people to help them selves. Mereka sudah berada dalam kondisi keyakinan bulat, dalam menghadapi kondisi tersebut akan berlaku efek domino. Mereka membantu dan mereka akan dibantu. Mereka membantu menyelesaikan permasalahan sesama, mereka akan dibalas dengan hadirnya bantuan langsung oleh Tuhannya. Mereka percaya, penyelesaian masalah dengan campur tangan dan keajaiban  dari Tuhan sangatlah sempurna. Akan rampung dengan paripurna.

Akselerasi Kedewasaan
____________________

Fokus garapan pekerja sosial yang mencakup 3 (tiga) lini, mikro, mezo dan makro menuntut pendewasaan dini para pelakunya. Semisal dalam pelesaian kasus permasalahan anak berhadapan dengan hukum, yang sebenarnya ia bukan sebuah profesi berlatar hukum (maka kondisi ini membawa ia pada keberanian untuk belajar tentang hukum, pidana, perdata, peradilan, dan sebagainya). Menyelesaikan permasalahan klien korban KDRT, ia harus berjibaku dengan status keluarga, permasalahan yg dihadapi dala, keluarga, memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk memutuskan perkara tentang keluarga sedangkan di lain sisi ia belum berkeluarga atau baru berkeluarga. Permasalahan rumit menangani pengemis, gelandangan, anak terlantar, korban penyalahgunaan napza, wanita rawan sosial ekonomi dan lain sejenisnya.

Keseluruhan garapan itu tidaklah serta merta dapat dijalankan pasca ia menamatkan pendidikan profesi selama kurun waktu 4 (empat) tahun. Skill, yang harus menyertai knowledge (pengetahuan) dan value (nilai) akan terupgrade di lapangan praktik nantinya. Di lapangan praktik itulah benturan-benturan kondisi akan menjadikan pekerja sosial dewasa. Ia dituntut keadaan untuk bisa menyelesaikan permasalahan, maka karena ikrar dan rasa tanggungjawab profesi itulah ia mengakselerasikan dirinya agar berkompetensi, berkapasitas militan dalam jenjang karir dan pengabdian.

Madiun, 15 Februari 2016 -
Erna Dwi Susanti, (Pekerja Sosial Rehabilitasi Sosial Napza)
Serial #AngkringanPeksos