Erna Dwi Susanti Personal Site

KATAK tak kenal HIV


Alkisah, ada seekor katak yang berulang-ulang melompatkan dirinya ke atas. Dengan harapan ia akan bisa keluar dari kungkungan, ia akan bisa menggeser posisi tempurung yang membatasi ruang geraknya. Sekali, dua kali ia mencoba tak juga kunjung bebas,ia hanya meratap dalam kesedihannya dan mengatakan, “ah, sepertinya percuma, aku hanya akan trpenjara di tempurung ini”. Wajar ketika sang katak berpikir demikian, karena memang tidak salah. Berulang-ulang ia sudah mencoba , tapi tetep gagal dan belum juga berubah. Masih terpenjara. Dan katakpun ada pada posisi menyerah.

Alkisah yang kedua, sebatang pohon yang ada di tepi lapangan basket satu SMA terpaksa harus dipotong, karena keberadaan pohon tersebut cukup menganggu jalannya satu pertandingan basket tingkat karisidenan. Gergajipun sudah siap untuk digunakan, tertebang dan sudah, pohon tersebut hanya dalam hitungan menit sudah berganti tinggal sebuah cerita “di sini dulu pernah ada pohon X yang indah, sejuk, nyaman dan teduhlah. Tapi sayang pohon tersebut ditebang karena mengganggu jalannya pertandingan basket”, ia hanya akan tinggal cerita. Dan cerita itupun akan berlangsung dalam rentan waktu yang tidak lama. Lama dan lama, ia akan tergusur.

Here I am, and I’m different with them.

Kebanggaan itu mungkin akan muncul dari diri kita. Ya, ada aku di sini, yang jelas-jelas berbeda dengan mereka. Oke kawan, anda benar. Katak, hanyalah sesosok hewan kecil yang diciptakan tanpa adanya akal untuk berpikir. Ia hanya akan menggunakan insting dan nalurinya untuk bergerak. Dan kita, punya akal itu. So, merupakan wujud penurunan derajat kalau putus asa dan menyerah ada pada diri seorang manusia. Ada satu pembelajaran di sini.

Jangan hentikan langkahmu dulu kawan. Masih ada stasiun di depan. Kita masih punya ladang pembelajaran baru. Ya, ada satu sajian tentang pohon yang tertebang di suatu tepi lapangan basket. Pohon, ia adalah makhluk hidup, pasti dia juga punya kemampuan untuk bergerak. Namun ia tidak bisa berjalan danmobilisasi dalam konteks yang luas. Hanya bergerak ke atas dan merambat ke bawah. Ini yang dia miliki. Wajar jua ketika ada satu hambatan dan ketidak sesuaian antara posisi yang ia miliki dengan kehidupan di sekitar dan ketika ia sudah tidak dibutuhkan maka ia akan dengan mudah untuk disingkirkan. Dengan ditebang sekalipun itu mudah dan sangat mudah. Masih ada konteks yang beda. Kita berbeda dari ia, kita masih bisa bergerak dan lari sekalipun ketika kita dalam bahaya, dalam ancaman dan dalam ketidak sesuaian dengan keadaan. Carilah tempat lain yang sesuai dengan kita, sesuai untuk membuat kita tumbuh menjulang dengan prestasi.

Berangkat dari perbedaan yang memang lebih condong pada keistimewaan yang ada tersebut. Insan yang berakal dan memiliki mobilitas yang tinggi ini sepertinya tidak betah dengan kondisi yang monoton. Ia akan bergerak dan berbuat, ia akan berusaha dan mungkin juga akan sering terjatuh dari usaha tersebut. Banyak kendala karena bergerak, dan pasti, akan ada masalah. Masalah tidak untuk ditakuti, karena ia yang akan menjadi tempaan bagi kita agar bisa lebih terbentuk. Masalah akan menjadi alat agar kita menjadi lebih dewasa.

Dunia sudah memberikan tantangannya. Detik ini adalah rangkaian hari peringatan HIV dan AIDS sedunia. Ini bukan hari raya, namun satu momen cambukan, cermin pecah dan gambaran suramnya masa silam. Rusaknya keadaan karena perilaku yang tidak bersusila. Ia hadir sebagai cambuk pembelajaran, maka belajarlah darinya.!!! Ia hadir sebagai cermin pecah dan terbelah, maka gantilah!! Dan ia hadir dengan cerita suram di masa silamnya. Maka bersihkanlah dan jernihkanlah!!!

Variatif! Itulah jawaban singkat yang akan bisa diberikan atas pertanyaan, lantas langkah seperti apa dan yang gimana yang bisa kita lakukan?. Silahkan bergeraklah kawan, silahkan kalian lakukan perbaikan, jika memang dari analisa yang panjang satu langkah X bisa dikatakan tepat maka lakukanlah itu, namun jika memang ada sedikit celah untuk ketidak tepatannya maka beralihlah segera ke tindakan yang lain. HIV dan AIDS tidak sudah bukan hal yang sepele, jumlah perkembangannya sangat melaju cepat dari tahun ke tahun. ARV itu bukan obat atas HIV dan AIDS, ia hanya sebagai rekan untuk memperpanjang harapan hidup penderita. Kalaupun ada aksi tebar kondom sebagai salah satu peringatan hari HIV dan AIDS, benarkah ia sebagai langkah yang tepat? Bukankah ia sebagai legalitas dari kita selaku masyarakat untuk menghalalkan seks bebas? Kalaupun ingin menyelamatkan dengan sebenarnya bergeraklah sekarang juga. Bergerak dengan totalitas dan dengan analisa yang matang. Say No To Free sex!!!

Jangan setengah-setengah. Indonesia dan dunia butuh totalitas. Buktikan kalau kamu memang masih beda!

HISBAH



karena ia selekat prahara namun sebening syurga

Villa Sheraton, 5 November 2011

Andai hisbah (Amar ma’ruf Nahi Munkar) itu mudah dan singkat pasti banyak yang teguh di dalamnya, andai hisbah itu jauh dari penjara pasti orang tidak lari darinya, andai hisbah itu dekat dengan istana pasti banyak yang tertarik padanya.
Hisbah hanya untuk ummat pilihan yang ikhlas dan berani. Istiqomahlah...!!

Sore hari ketika lekatnya sinar terang matahari sudah tidak kunjung menyengat kulit, ada satu sms yang masuk ke HP. Alhamdulillah, ada kiriman kata-kata motivasi dari rekan Aliansi Pegerakan Islam Jawa Barat. Itulah sms itu. Merenung untuk sebuah penghayatan memang mungkin dirasa sangat perlu. Beberapa lama waktu yang aku butuhkan. Menggali maksud, makna dan hikmah dari kata ini. Ternyata luar biasa, aku sedikit tersadarkan. Memang inilah hakikat dari sebuah ‘berat yang memberatkan’.

Hisbah, kalau kebanyakan orang lebih suka menyebutnya dengan Amar ma’ruf Nahi Munkar. Dakwah. Memperjuangkan yang hak dan melawan yang bathil. Menyampaikan hakikat yang benar meskipun itu sakit tapi harus, karena di sana akan ada satu ketenangan yang tertemu, ada satu cinta yang didamba. Apakah memang ini sudah kodrat? Ayo kita coba mengenal untuk kemudian paham dan akhirnya ikhtiarpun bisa untuk kita sempurnakan.


Hisbah, sepakat ketika dibilang dia tidak mudah, karena terlampau banyak orang yang gugur di jalan ini. Terlampau sedikit orang yang tidak mengeluh karena keletihan yang harus ia tanggungnya. Tapi bukan kondisi alam yang penuh dengan fasilitas kalau keadaan yang demikian tidak bisa untuk kita negasikan. Ingat dan pandang ke depan bahwa janji Allah atas syurga pada hambaNya yang beriman dan membela agama Allah dengan hisbah demi hisbah yang ia koar-koarkan. Ada syurga. Jadi pandanglah ia sebagai satu hal yang mudah. Melangkah dan terus melajulah. Bismillah.

Terapi Kognitif

Sempat putus asa ketika semester 5 lalu mendapat tugas untuk mengulas tentang terapi Kognitif. Mencari bahan ke sana ke mari tidak kunjung ketemu. Minimal harus 3 referensi. Setiap tertemu materi selalu terapi kognitif di sandingkan dengan behavioral, kalau tidak demikian disandingkan dengan emotional, dan konsep itu sudah jauh BEDA dengan konsep "Terapi Kognitif" saja, demikian pesan ibu ketika penulis mencoba menemuinya. "Na!, kamu fokus saja pada terapi yang dipaparkan oleh Beck!"..

Nah, dari sanalah ana coba searching dari satu situs ke situs selanjutnya dengan imbuhan kata Beck... BENAR!!!

Ini beberapa hasilnya. Moga manfaat ya.. ^^

Terapi kognitif didasarkan pada teori kognitif psikopatologi. The cognitive model describes how people's perceptions of, or spontaneous thoughts about, situations influence their emotional, behavioral (and often physiological) reactions. Model kognitif menggambarkan bagaimana persepsi orang, atau pikiran spontan tentang, pengaruh situasi emosional mereka, perilaku (dan sering fisiologis) reaksi. Individuals' perceptions are often distorted and dysfunctional when they are distressed. Persepsi individu sering terdistorsi dan disfungsional ketika mereka tertekan. They can learn to identify and evaluate their “automatic thoughts” (spontaneously occurring verbal or imaginal cognitions), and to correct their thinking so that it more closely resembles reality. Mereka dapat belajar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi mereka "pikiran-pikiran otomatis" (spontan terjadi kognisi verbal atau imaginal), dan untuk memperbaiki pemikiran mereka sehingga lebih mirip kenyataan. When they do so, their distress usually decreases, they are able to behave more functionally, and (especially in anxiety cases), their physiological arousal abates. Ketika mereka melakukannya, kesusahan mereka biasanya menurun, mereka mampu untuk bersikap lebih fungsional, dan (terutama dalam kasus-kasus kecemasan), gairah fisiologis mereka mereda.


Individu juga belajar untuk mengidentifikasi dan memodifikasi keyakinan menyimpang mereka: pemahaman dasar mereka sendiri, dunia mereka, dan orang lain. These distorted beliefs influence their processing of information, and give rise to their distorted thoughts. Keyakinan ini terdistorsi pengaruh pengolahan informasi mereka, dan menimbulkan pikiran terdistorsi mereka. Thus, the cognitive model explains individuals' emotional, physiological, and behavioral responses as mediated by their perceptions of experience, which are influenced by their beliefs and by their characteristic ways of interacting with the world, as well as by the experiences themselves. Dengan demikian, model kognitif menjelaskan respon individu emosional, fisiologis, dan perilaku seperti yang dimediasi oleh persepsi mereka tentang pengalaman, yang dipengaruhi oleh keyakinan mereka dan dengan cara-cara karakteristik mereka berinteraksi dengan dunia, dan juga oleh pengalaman sendiri. Therapists use a gentle Socratic questioning process to help patients evaluate and respond to their automatic thoughts and beliefs—and they also teach them to engage in this evaluation process themselves. Terapis menggunakan proses Socrates mempertanyakan lembut untuk membantu pasien mengevaluasi dan merespon pikiran-pikiran otomatis dan keyakinan mereka-dan mereka juga mengajarkan mereka untuk terlibat dalam proses evaluasi diri. Therapists may also help patients design behavioral experiments to carry out between sessions to test cognitions that are in the form of predictions. Terapis juga dapat membantu pasien desain eksperimen perilaku untuk melaksanakan antara sesi untuk kognisi tes yang berupa prediksi. When patients' thoughts are valid, therapists do problem solving, evaluate patients' conclusions, and work with them to accept their difficulties. Ketika pasien 'pikiran adalah valid, terapis melakukan pemecahan masalah, mengevaluasi pasien' kesimpulan, dan bekerja dengan mereka untuk menerima kesulitan mereka.


Bersumber dari :Banyak referensi

Gemuruh Yang Menyaksikan

Ini adalah satu guratan pena yang teralir karena ada sepucuk harapan untuk membingkainya dengan nama sejarah. Sejarah itu untuk belajar, meskipun sejarah itu baik, ataupun sejarah yang kurang. Ya... Meskipun dalam cakupan prahara yang bergemuruh. Dengan itulah aku menuliskannya dalam Gemuruh Yang Menyaksikan....

Semoga Bermanfaat......