Jawa
Timur sebagai provinsi dengan segenap potensi besar membutuhkan kontribusi
maksimal dari para pemuda untuk mengembangkan potensi tersebut menuju arah
kesejahteraan, menuju pembangunan sempurna, pembangunan seutuhnya. Mulai dari
potensi alam, potensi ekonomi kreatif, potensi kearifan budaya dan potensi
lainnya sudah sejak lama membutuhkan sentuhan kreatif dari generasi muda. Maka
dengan pertimbangan demikianlah, pemuda menjadi bagian tak terpisahkan dari
lompatan perbaikan kesejahteraan masyarakat yang memang dicita-citakan, menuju
Jawa Timur yang lebih paripurna.
![]() |
Erna Dwi Susanti |
Pemuda yang digadang memiliki peran sebagai agen pelaksana perubahan, iron stock, moral force dan social control memiliki kapasitas dan kewenangan dalam kontribusi pembangunan negeri. Di mana kondisi Indonesia hari ini yang telah mengalami pergeseran nilai sudah semakin luas serta budaya permisif semakin menjadi maka pemuda harusnya menjadi kontrol sosial. Mendobrak keadaan dengan segenap potensi yang dimiliki.
Percepatan pembangunan infrastruktur yang melingkupi infrastruktur ekonomi, sosial dan administrasi/institusi. Daya saing, daya saing baik di tingkat regional/provinsi dan daya saing sektor pada akhir tahun 2015 ini menjadi center point berbagai pihak untuk menyongsong penerapan kebijakan global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Suksesi
dalam lini tersebut itulah yang diharapkan dapat disinergikan oleh beragam
pihak, agar Jawa Timur dengan segenap potensi yang dimiliki dapat semakin
memberikan bukti janji kesejahteraan kepada masyarakatnya. Tidak terlepas,
salah satu pihak yang wajib turut berkontribusi adalah pemuda.
Tebakan
kerangka nalar untuk menjawab sebab kenapa pemuda berada dalam kondisi stagnasi
sejauh ini telah terjawab. Pemuda sedang berada dalam kondisi nyamannya, ia
pelihara keadaan yang membuatnya tersenyum simpul dalam kebaikan.
Dengan
demikian, wajiblah kita ketahui apa saja yang dapat dijalankan oleh pemuda.
Jika hari ini pemuda diketahui sebagai mayoritas bagian dari pihak yang
pragmatis, sekuler, apatis dan sebagainya. Akar dari perihal tersebut adalah
rendahnya intelektual pemuda (di mana intelektual yang dimaksudkan tidak hanya
berada pada muara tingkat pendidikan formal, namun pada pemaknaan dan upaya
pencerdasan dari internal pemuda itu sendiri tentang ‘bagaimana cara
mencerdaskan diri’). Sebab lain adalah hadirnya kepribadian yang kurang matang, serta konflik nilai pada diri pemuda
yang rata-rata masih berada dalam tataran emosi labil, goyah dan kurang kuat
mengakar dalam bersikap dan berideologi kebangsaan.
Dinamisasikan
Stagnasi!
Langkah
selanjutnya, setelah dipahami bagaimana sebab musabab hadirnya kondisi stagnan
tersebut adalah melakukan upaya-upaya untuk dapat mendinamisasikan dan mengajak
pemuda untuk berkontribusi positif pada
negara. Itu semua dapat dimulai dari bersikap pada keadaan.
Ejawentah
dari memberikan sikap pada keadaan adalah dengan mengembalikan orientasi dan
jiwa pemuda pada jalur yang benar. Jangan sampai pemuda mengalami penuaan dini.
Penuaan dini yang dimaksudkan adalah, pemuda memaksakan diri dan menempatkan
diri seolah sebagai orang tua dengan beragam tanggung jawab yang dipikul
sehingga melenakan dan melepaskan semua kesempatan yang ia miliki untuk
memberikan kontribusi perubahan bagi daerah.
Sikap
kedua adalah dengan memiliki konsep yang jelas. Perjelas dan pertegas kembali
apa yang hari ini menjadi kebutuhan daerah dan dari pemahaman itulah pemuda
dapat melakukan penyusunan rencana kontributif untuk daerah masing-masing.
Selanjutnya
dengan menentukan prioritas (apa yang mau kita garap). Kompetensi dari individu
pemuda sangat dituntut di sini. Pemuda diharapkan memiliki kompetensi dan
kesadaran akan kompetensi yang ia miliki dalam memberikan kontribusi. Karena
penggarapan suatu hal oleh para ahli akan memberikan dampak dan hasil yang
lebih baik dan lebih profesional daripada oleh mereka yang melakukan hal bukan
berdasar atas ilmu dan kapasitasnya.
Kemudian
pemuda harus memiliki sikap realistis dalam bertindak dan melangkah. Pemuda
juga diharapkan dapat melakukan hal-hal demikian secara seimbang, pertengahan,
dibutuhkan keseimbangan. Mengatur segala yang kontribusi dan tanggungjawab
sehingga misi bisa terlaksana secara sempurna. Maka pemuda harus dikenalkan
pada misi dan visi apa yang dimiliki dan dibawa oleh daerah, provinsi tempat ia
berkontribusi. Harapannya dari proses pengenalan tersebut, pemuda akan menginternalisasikan
(menanam secara mendalam) segenap nilai yang menjadi tujuan pada diri
masing-masing. Setelah tertanam dan terinternalisasi maka mindset, sikap dan
tindakan dari pemuda akan senantiasa dalam koridor pelaksanaan visi misi.
Formulasikanlah Bentuk
Kontribusimu!
Setelah
proses dan sikap mendinamisasikan kondisi stagnan yang ada, langkah selanjutnya
yang dilakukan pemuda adalah dengan memformulasikan bentuk-bentuk kontribusi.
Formulasi yang dimaksud adalah runtutan prinsip yang dipegang bersamaan dengan
sikap yang dilakukan. Formulasi yang dimaksud adalah menjadikan ideologi
kebangsaan Indonesia dalam bertindak, karena ideologi yang telah menghujam kuat
akan turut menguatkan empunya. Selanjutnya, dalam berkontribusi pemuda
hendaknya memiliki kesadaran berkontribusi bukan karena paksaan atau atas dasar
pengharapan imbalan, karena hakikatnya kontribusi yang murni adalah kontribusi
yang tidak mengharap buah balas budi. Pegang kuat prinsip yang dimiliki dan
senantiasa membawakan diri sebagai pihak yang solutif bukan sebagai pemuda yang
trouble maker (pembuat masalah).
Sepenggal
isi sumpah pemuda semoga senantiasa mengalirkan semangat muda untuk jiwa-jiwa
yang senantiasa berharap memberikan perbaikan dan pembangunan kesejahteraan
untuk Jawa Timur:
Soempah Pemoeda
Kami Poetra Dan Poetri Indonesia
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Air Indonesia
Kami Poetra Dan Poetri Indonesia
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia
Kami Poetra Dan Poetri Indonesia
Mengjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesiea
Djakarta, 28 Oktober
1928
Jika
pada tahun 1928, jiwa-jiwa yang masih memiliki semangat muda saling berhimpun
dan menyuarakan semangat persatuan untuk Bangsa Indonesia dengan wujud sumpah
pemuda, maka hari ini, hukumnya adalah WAJIB
bagi pemuda di seluruh Indonesia untuk membawa kembali semangat kontribusi
tersebut dalam perbaikan, penataan kesejahteraan dan pembangunan Indonesia,
khususnya kontribusi pemuda untuk kesejahteraan Jawa Timur. (Erna Dwi Susanti, Refleksi di Peringatan Sumpah Pemuda 2015 - Dedikasi untuk tanah kelahiran sendiri)
Label:
erna dwi,
jawa timur,
OPINI,
pemuda,
sejahtera,
stagnasi pemuda,
sumpah pemuda